WHO Siapkan Skema Asuransi Vaksin untuk 92 Negara Miskin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah menyiapkan skema asuransi untuk vaksinasi Covid-19. Asuransi itu akan diberikan dalam bentuk kompensasi bagi warga di negara-negara miskin yang mengalami efek samping akibat vaksin Covid-19.
Mekanisme tersebut dimaksudkan untuk menghindari pengulangan tertundanya vaksinasi dalam pandemi flu babi atau H1N1, satu dekade lalu. Saat itu, banyak negara berpenghasilan rendah menunda vaksinasi karena mengkhawatirkan efek sampingnya, sehingga dampak pandemi semakin meluas.
Skema kompensasi vaksin Covid-19 disiapkan oleh promotor fasilitas vaksin COVAX, yang dipimpin oleh WHO bersama aliansi vaksin global GAVI. Menurut dokumen yang diterbitkan pada hari Kamis (29/10), COVAX bertujuan untuk mendistribusikan setidaknya 2 miliar suntikan vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun depan.
Skema yang tengah dirancang dapat menutup klaim atas efek samping vaksinasi untuk warga di 92 negara berpenghasilan rendah. COVAX menjadikan sebagian besar di Afrika dan Asia Tenggara sasaran program ini.
COVAX belum merinci kriteria apa yang digunakan untuk memilih 92 negara itu. Namun, lusinan negara berpenghasilan menengah ke bawah, seperti Afrika Selatan, Lebanon, Gabon, Iran, dan sebagian besar negara Amerika Latin, tidak akan ditawari perlindungan ini.
"Fasilitas COVAX sedang mengembangkan sistem untuk memberikan kompensasi kepada orang-orang di 92 negara yang menderita kejadian buruk yang serius yang tak teduga terkait dengan vaksin tersebut," demikian pernyataan COVAX, dikutip Reuters.
Rencana Pemerintah
Sementara itu, meski pelaksanaannya masih harus menunggu hasil uji klinis, pemerintah Indonesia terus menjalankan persiapan vaksinasi Covid-19. Di antara persiapan yang dikebut logistik hingga sumberdaya manusia (SDM) vaksinasi.
Berikut adalah Databoks yang menggambarkan rencana vaksinasi Covid-1 oleh pemerintah Indonesia hingga 2021:
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyatakan, vaksin Covid-19 harus disimpan pada suhu antara 2-8 derajat Celsius. Bagaimanapun, ketentuan suhu penyimpanan tersebut sebenarnya hampir sama untuk hampir semua jenis vaksin, kecuali polio yang dapat bertahan hingga pada suhu 20 derajat Celsius.
Artinya, prosedur tersebut bukan hal baru. Mengutip data Kementerian Kesehatan, Wiku menyebut persiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain sudah berjalan dengan baik. Cold chain sendiri bertujuan untuk menjaga kualitas maupun efektivitasnya.
"Saat ini rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia mencapai 97%," ungkap Wiku saat menjawab pertanyaan media dalam perkembangan penanganan Covid-19 sebagaimana disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (29/10/2020).
Sedangkan, dari sisi sumber daya manusia, pemerintah juga menyiapkan dokter umum, dokter spesialis, perawat dan bidan. Wiku menyebut jumlah tenaga medis yang dipersiapkan sudah ada sebanyak 739.722 orang. Serta vaksinator di Puskesmas dan rumah sakit sebanyak 23.145 orang. Atau secara rasio sebesar 1 : 20 di seluruh Indonesia.
Bagaimanapun, sebelum vaksinasi berjalan, Wiku kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan melalui Gerakan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. "Semakin disiplin masyarakat patuh, maka semakin efektif penanganan pandemi Covid-19," kata Wiku.
Wiku menunjukkan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%. Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, dan masker bedah dapat menurunkan risiko penularan hingga 70%. Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan sampai dengan 85%.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan