Geliat Kantor Pos Bertahan dari Tekanan Era Digital
Hayal kini berumur 51 tahun dan telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya sebagai pegawai di PT Pos Indonesia (Persero). Ia bertugas sebagai pembungkus paket di Kantor Pos Jakarta Pusat. Selama 28 tahun bekerja di sana, ia menjadi saksi perubahan zaman.
Paket yang ditanganinya kini bukan lagi kiriman pribadi, melainkan barang-barang pesanan e-commerce. Ia kerap 'mengamankan' kemasan paket berisi produk elektronik seperti telepon seluler dan televisi dengan pelapis antibenturan hingga kotak kayu. "Banyak dari toko online, yang jualan di media sosial juga banyak (mengirim paket) lewat sini," ujarnya, Kamis (15/2).
Selain lebih aman dengan opsi kemasan khusus, pelanggan Pos Indonesia pun bisa dengan mudah melacak pengiriman paketnya lewat internet. "Sekarang sudah pakai sistem digital," kata H Zulkifli yang bertugas sebagai customer service.
Seperti Hayal, Zulkifli juga mengamati perubahan perilaku pelanggan. Kini, surat-menyurat yang ditangani Pos Indonesia sebatas dokumen resmi perusahaan, instansi negara atau undangan. Hanya sedikit surat yang dikirim secara pribadi lewat pos. "Dulu, tahun 1989, waktu lebaran surat itu sangat banyak. 5-10 tahun setelah itu kami mulai kehilangan pangsa pasar, sejak ada SMS (Short Message Service)," tuturnya.
Menurut Zulkifli yang kini berumur setengah abad, pengunjung kantor pos sekarang lebih banyak mencari layanan finansial, baik mengirim uang atau membayar tagihan. Ia hafal betul hari-hari kantor pos ramai. Tanggal 1-20 adalah masa pembayaran tagihan PLN, telepon, sampai pajak. Sementara batas pembayaran tagihan air sampai tanggal 25 setiap bulannya.
Benar pula kata Zulkifli. Sulfarohmi, 50 tahun, hari itu ke kantor pos untuk mengirim uang melalui wesel kepada kerabatnya di Jawa Tengah. Dengan begitu banyak lembaga yang menawarkan jasa pengiriman uang, ia memilih Pos Indonesia karena kepercayaan. "Sudah lama pakai Pos, jadi sudah paham," ujarnya.
Begitu juga Hari yang mengirim uang untuk kerabatnya di luar negeri melalui fasilitas Western Union. Ia mengaku kerap menggunakan jasa Pos Indonesia sejak bekerja delapan tahun lalu. Selain untuk mengirim uang, lelaki 39 tahun ini juga kerap ke kantor pos untuk mengirim paket dari kantornya. "Sekarang pelayanannya bagus kok, lebih murah juga," katanya.
Melihat banyaknya pelanggan yang menggunakan jasa keuangan, Pos Indonesia pun bertekad untuk turut menerjuni bisnis financial technology (fintech) melalui peluncuran aplikasi bernama Pospay. Dengan Pospay, pembayaran berbagai tagihan, pembelian pulsa, hingga belanja online dapat dilakukan secara digital melalui gawai, tanpa perlu mendatangi kantor pos. Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charler Sitorus menyatakan, saat ini instansinya tengah mengusahakan agar Pospay mendapat izin dari Bank Indonesia.
Selain itu, Pos Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan e-commerce untuk melayani pengiriman logistik dan pembukaan gerai fisik untuk pemesanan barang. “Kami juga masih akan bekerja sama dengan beberapa e-commerce offline to online (O2O),” ujar dia beberapa waktu lalu.