Bekal Kurang Menangkap Potensi Besar Perbankan Syariah

Rezza Aji Pratama
18 Juli 2022, 08:10
Perbankan syariah, bank syariah
Katadata

Beberapa bulan terakhir menjadi hari-hari yang sibuk bagi para direksi Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri. Bank daerah yang sudah beroperasi sejak 1962 itu sedang membuka jalan untuk mengubah statusnya sebagai bank syariah. Ini bagian dari episode baru perbankan untuk mengoptimalkan potensi besar ekonomi syariah di dalam negeri.

Bank Riau Kepri (BRK) sebetulnya sudah lama masuk ke industri perbankan syariah melalui unit usahanya. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, manajemen memutuskan sepenuhnya melakukan konversi menjadi bank syariah.

Bukan perkara mudah mengubah model bisnis menjadi bank syariah. BRK harus meminta restu kepada para pemegang saham hingga regulator terkait. Pemprov Riau yang memegang 51% saham BRK sudah memberi lampu hijau. Pada 20 Mei 2022, Pemprov dan DPRD Riau resmi mengesahkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2022 tentang perubahan BRK menjadi bank syariah.

BRK juga sudah mengantongi restu dari Wakil Presiden Ma’ruf Amien. Saat menerima audiensi dengan Direksi Bank Riau Kepri pada April tahun lalu, Wapres mendukung penuh keputusan manajemen. 

“Saya berharap tidak lama lagi [menjadi bank syariah]. Saya akan berkomunikasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar dipercepat,” kata Ma’ruf Amien, dikutip dari Antara.

Baca Juga ARTIKEL EDISI kHUSUS PERBANKAN lainnya:

Direktur Utama Bank Riau Kepri Andi Buchari mengatakan selama ini unit usaha syariah (UUS) memiliki performa solid. Kontribusinya bisa 40% terhadap laba. Bahkan di 2021, laba ini tumbuh lebih dua kali lipat. “Jadi sudah selayaknya kita jadi syariah,” katanya, akhir Mei lalu. 

Setelah melewati berbagai jalan berliku, peresmian BRK menjadi bank syariah tinggal menunggu waktu. Anggota Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Adiwarman Karim menyebut OJK Riau sudah memberikan izin resmi kepada BRK pada 5 Juli lalu.

Kendati demikian, manajemen BRK Syariah masih harus menyelesaikan konversi di bidang pengelolaan dan manajemen sebelum secara resmi melakukan jasa perbankan syariah. BRK juga harus melakukan perubahan sandi pelaporan ke Bank Indonesia dan kantor pajak.

“BRK punya waktu 60 hari untuk melakukan konversi,” kata Kepala Perwakilan OJK Riau Muhamad Lutfi, dikutip dari riauterkini.com, Selasa (5/7). 

Pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim menegaskan masuknya BRK menjadi bank syariah akan membuat pasar perbankan syariah menjadi lebih bergairah. Pasalnya, saat ini BRK memiliki modal hingga Rp 28 triliun yang akan menjadi tambahan signifikan bagi industri.

“Ini yang kita harapkan akan terus terjadi, beberapa bank konvensional beralih ke bank syariah,” katanya kepada Katadata.co.id.

Adiwarman menceritakan, ada kabar beberapa bank siap melakukan spin off terhadap unit usaha syariah miliknya. Jika ini terjadi, bukan hal sulit bagi perbankan syariah untuk menembus pangsa pasar hingga 10%.

Tumbuh Pesat

Kinerja industri perbankan syariah memang terlihat solid dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan selama pandemi Covid-19, aset dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dua digit. Hal serupa juga terjadi di sektor penyaluran pembiayaan yang tetap tumbuh di tengah kontraksi penyaluran kredit secara nasional. 

Mengutip data OJK per Maret 2022, total aset perbankan syariah mencapai Rp 692 triliun atau tumbuh 14,25% year on year (YoY). Sementara penyaluran pembiayaan tercatat Rp 434 triliun atau tumbuh 9,53% YoY dan DPK mencapai Rp 544 triliun, atau tumbuh 15,14% secara tahunan. 

“Ini fenomena menarik karena pertumbuhan bank syariah melampaui pertumbuhan perbankan konvensional,” kata Adiwarman.

Menurut Adiwarman, kepercayaan masyarakat kepada bank syariah memang tinggi terutama ketika dihadapkan pada masa-masa sulit. Tidak hanya saat pandemi, kondisi ini bahkan juga terjadi saat krisis moneter 1998 silam. 

Salah satu alasannya, saat pandemi Covid-19 perbankan konvensional sibuk menjalankan restrukturisasi kredit dan kepemilikan. Sebaliknya, bank syariah justru tetap fokus untuk tumbuh.

Adiwarman menuturkan, faktor itulah yang akhirnya mendorong masyarakat memilih bank syariah ketimbang bank konvensional terutama di masa pandemi.

Kendati bank syariah tumbuh baik dalam dua tahun belakangan, pangsa pasarnya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan bank konvensional. Hingga Maret 2022, pangsa pasar bank syariah hanya 6,65%.

Adi menilai hal ini disebabkan oleh umur bank syariah yang tergolong masih muda. Sejak pertama hadir di Indonesia pada 1991, kini sudah ada 12 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah (UUS), serta 165 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang beroperasi.

Selain itu, tingkat pemahaman tentang ekonomi serta perbankan syariah masyarakat Indonesia masih rendah. Pada 2019, literasi keuangan syariah hanya sebesar 8,93%, jauh dari angka literasi perbankan konvensionasl di angka 37,72%. 

“Artinya, hanya delapan dari 100 penduduk Indonesia yang memahami industri jasa keuangan syariah. Ini ironi, karena kita negara dengan penduduk muslim terbesar,” katanya. 

Data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) per 31 Desember 2021 menunjukkan jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 237,53 juta atau setara dengan 86,9% dari populasi. Jumlah ini berkontribusi sebanyak 12,7% terhadap populasi umat muslim di seluruh dunia.

Salah satu potensi besar yang bisa digarap adalah tren industri halal, termasuk di dalamnya wisata halal, kuliner, dan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lainnya.

Data Global Muslim Travel Index (GMTI) menunjukkan Indonesia berada di posisi kedua, dengan pertumbuhan jumlah pelancong mencapai 220 juta. Data yang sama juga menunjukkan para pelancong ini menyebabkan perputaran uang mencapai US$ 225 juta pada 2018.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Herbudhi Setio Tomo melihat bank syariah kini juga berperan sebagai katalis industri syariah dan halal. Sektornya mulai dari pakaian muslim, jilbab, hingga kawasan industri halal yang sedang dibangun oleh pemerintah.

Bank syariah berperan sebagai pemberi dana bagi pelaku usaha dengan prinsip syariah berupa bagi hasil dan tanpa bunga.

“Pelonggaran aturan terkait Covid-19 juga telah membuka kembali sektor pariwisata dan kuliner di Tanah Air, tidak terkecuali di bagian syariah,” kata Herbudhi kepada Katadata.

Saat pandemi melanda Tanah Air, bank syariah aktif mendanai sektor-sektor kesehatan, informasi teknologi, dan jaringan. Berkat keikutsertaannya ini, Indonesia berhasil menempati peringkat pertama dalam Islamic Finance Country Index (IFCI). 

Indeks ini mengukur kondisi dari perkembangan industri keuangan dan perbankan syariah terhadap perannya dalam konteks suatu negara. Mengutip data OJK, perbankan syariah sudah menyalurkan 49,56% dari total pembiayaan ke sektor lapangan usaha pada 2021 lalu. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...

Artikel Terkait