Gas Turbin Tiba di Lokasi, PLTGU Jawa-1 Bakal Beroperasi Sesuai Target
Pembangkit listrik tenaga gas uap atau PLTGU Jawa-1 diperkirakan dapat beroperasi sesuai target, yaitu akhir 2021. Perusahaan raksasa Amerika Serikat, GE, telah mendatangkan satu dari dua gas turbin untuk proyek pembangkit listrik PT Jawa Satu Power di Karawang, Jawa Barat.
Pelaksana Tugas Direktur Utama untuk Jawa Satu Power Indra Trigha mengatakan kedatangan mesin tersebut menjadi tonggak penting bagi Indonesia. “Gas turbinnya paling efisien di dunia,” katanya dalam siaran pers, Jumat (18/9).
Pengirimannya langsung dari pabrik di Belfort, Prancis, menuju lokasi proyek. Nantinya, PLTGU Jawa-1 bakal memakai mesin turbin ganda atau combined-cycle single shaft block terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Pembangkit itu diharapkan menambah 1.760 mega Watt (MW) listrik ke jaringan nasional. Angknya setara dengan pasokan listrik ke 11 juta rumah di Indonesia. GE bersama mitra konsorsiumnya, Samsung CT Corporation dan PT Meindo Elang Indah, mengerjakan pembangunan pembangkit dengan protokol dan prosedur ketat di tengah pandemi Covid-19.
Country Leader GE Gas Power George Djohan mengatakan, sejak konstruksi mulai pada 2018, perusahaan telah mencapai 16 juta jam kerja tanpa lost time injury. “Ini upaya kami untuk memberikan progress yang signifikan dalam menghasilkan listrik yang efisien, handal dan terjangkau bagi Indonesia,” ucapnya.
Gas turbin GE dengan kode HA tersebut mengalami pertumbuhan penjualan tercepat di dunia. Lebih dari 100 unit telah dipesan dari 45 pelanggan di 20 negara. Turbin kelas H generasi kedua dengan teknologi HA ini telah mengumpulkan lebih 690 ribu jam operasional komersial per Agustus 2020. Mesinnya memiliki kemampuan membakar 50% volume hidrogen saat dicampur dengan gas alam.
PLTGU Jawa-1 Manfaatkan Energi Bersih
President Commisioner Pertamina Power Indonesia Dharmawan H Samsu mengatakan pembangunan PLTGU Jawa-1 merupakan komitmen perusahaan dalam mengembangkan energi bersih. Pemanfaatan sumber gas dalam pembangkit ini lebih ramah lingkungan ketimbang energi fosil lainnya, seperti minyak bumi dan batu bara.
"Karena gas sumber bersih, proyek PLTGU Jawa-1 sekitar 70% diharapkan dapat beroperasi pada kuartal III 2020," ujar Dharmawan dalam webinar The Future of Fossils Fuels: Shifting the Conversation yang diselenggarakan Katadata.co.id, pada 27 Agustus lalu.
Proyek Jawa-1 merupakan proyek yang mengintegrasikan fasilitas gas dengan proyek pembangkit listrik. Di dalamnya akan terdiri dari PLTGU berkapasitas 1.760 MW, floating storage regasification unit (FSRU), pipa gas, dan jalur transmisi yang menyambungkan pembangkit dengan titik interkoneksi.
Gas alam cair (LNG) pembangkit ini akan diterima dan diregasifikasi di unit FSRU. Selanjutnya gas tersebut dialirkan ke unit PLTGU Jawa-1 melalui pipa offshore dan onshore. Kemudian, listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa-1 akan disalurkan ke PLN selama 25 tahun dengan skema build, own, operate and transfer (BOOT) ke sistem kelistrikan Jawa-Bali. Listriknya akan melewati jaringan transmisi 500 kilo Volt (kV) dari lokasi pembangkit ke gardu induk 500 kV PLN.
Proyek PLTGU yang berlokasi di desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat ini berdiri di lahan milik PT Pertamina Gas (Pertagas) seluas 39 hektare (Ha). Sedangkan FSRU akan ditambatkan di laut Cilamaya dengar jarak 20 Kilometer (Km) dari pantai.
Untuk menjalankan proyek terintegrasi perusahaan listrik swasta (IPP) Jawa-1 memerlukan dua project company yaitu PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). Dalam proyek ini, JSP bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi dan mengoperasikan PLTGU Jawa-1, transmission line, substation, serta switchyard facilities. Sedangkan JSR bertanggung jawab atas desain dan konstruksi serta pengoperasian fasilitas FSRU yang akan menerima LNG dari kilang Tangguh.
Kepemilikan saham JSP dipegang oleh konsorsium Pertamina Power Indonesia, Marubeni, dan Sojitz dengan kepemilikan saham masing-masing 40%, 40% dan 20%. Untuk saham JSR dimiliki oleh Pertamina Power Indonesia, Marubeni dan Sojitz dengan masing-masing memiliki porsi kepemilikan 26%, 20%, 10%. Sisanya dimiliki oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi dan Mitsui OSK Lines (MOL), dengan porsi kepemilikan masing-masing 25% dan 19%.
Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2019-2028 pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 56,6 giga Watt (GW) atau rata-rata 5,6 GW/tahun. Dari jumlah tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara masih mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 27,1 GW atau 48% dari total.
Sementara target penambahan kapasitas pembangkit dari perusahaan listrik swasta atau IPP dalam 10 tahun ke depan mencapai 33,67 GW atau sekitar 60% dari target nasional. Adapun PLTU masih mendominasi penambahan pembangkit listrik IPP, yakni mencapai 14,3 GW atau sekitar 44% dari total target penambahan listrik dari pihak swasta.