• Pembangunan smelter tembaga di Weda Bay, Maluku Utara, masih belum ada titik terang.  
  • Kendala utama kerja sama tersebut adalah permintaan Tsingshan untuk mendapatkan diskon 5% pada konsentrat tembaga Freeport.
  • Kementerian ESDM memastikan rencana memabngun smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur masih tetap berjalan. 

Belum ada titik terang  pembangunan pabrik peleburan atau smelter tembaga PT Freeport Indonesia. Kesepakatan dengan Tsingshan Steel asal Tiongkok untuk membangunnya di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara, tak kunjung terwujud.

Padahal, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah kadung optimistis keduanya akan mencapai kesepakatan. “Mudah-mudahan minggu depan akan tanda tangan pembangunan smelter-nya,” katanya pada 24 Maret 2021. 

Bulan telah berganti dan belum ada progres signifikan dari rencana tersebut. Diskusi kedua belah pihak masih berlangsung. “Belum diputuskan, masih dibicarakan,” kata juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama pada Selasa lalu. 

Juru bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi pun mengatakan hal serupa. Proses diskusi itu juga melibatkan induk Freeport, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) alias MIND ID. 

Namun, ia enggan menjelaskan perkembangan proyek tersebut. “Coba klarifikasi ke Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM),” ucapnya.

Databoks di bawah menujukkan realisasi pembanguan smelter pada 2012 sampai 2020. 

Dirjen Minerba Ridwan Djamaluddin tak merespon pertanyaan dari Katadata. Namun, sebelumnya ia mengatakan proyek tersebut batal. "Tidak jadi. Smelter di Halmahera tidak lebih baik dari rencana di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE)," ujarnya.

Opsi membangun smelter di Halmahera muncul pada akhir tahun lalu. Sebelumnya, Freeport akan membangunnya di JIIPE Gresik.

Realisasi pembangunan smelter di Jawa Timur baru mencapai 10%. Sedangkan target penyelesaiannya adalah lima tahun setelah kesepakatan divestasi ditandatangani pada 2018. Apabila Freeport tak menyelesaikannya, maka izin usaha pertambahan khususnya (IUPK) akan dicabut. 

Jalan Panjang Divestasi Freeport
Jalan Panjang Divestasi Freeport (Katadata)

Kerja Sama Freeport dan Tsingshan Batal?

Dua opsi lokasi yang muncul membuat nasib smelter semakin tidak pasti. Direktur Center for Indonesian Resources Strategic Studies (Cirrus) Budi Santoso mengatakan pembangunan smelter di Gresik akan tertunda dengan berlarutnya keputusan kerja sama Freeport dengan Tsingshan. 

Apalagi, pembangunan pabrik pemurnian Freeport selama ini selalu menemui kendala. "Kenapa kok terjadi hambatan kalau memang niat kerja sama? Apakah ada hambatan karena ada kepentingan pemerintah Amerika Serikat," ujar Budi.

Sebelum divestasi, saham Freeport memang dikuasai oleh perusahaan asal AS, Freeport McMoran. Pemerintah lalu memiliki mayoritas sahamnya pada 2018, melalui MIND ID.  

Asia Times pada 3 Mei lalu menulis, kerja sama Freeport dan Tsingshan telah batal. Kedua pihak gagal mencapai kesepakatan hingga batas waktu 31 Maret lalu. 

Kendala utama kerja sama tersebut adalah permintaan Tsingshan untuk diskon 5% pada konsentrat tembaga dari tembaga Grasberg di Mimika, Papua. Freeport menolak mentah-mentah permintaan itu. Pemerintah dikabarkan setuju dengan posisi Freeport. 

Pada laporan pendapatan Freeport pada 22 April 2021, perusahaan hanya menyebut tentang “smelter baru alternatif”, tanpa menyebut Tsingshan. Diskusi soal komersial proyek gagal dan Freeport sedang melanjutkan proyek greenfield di Gresik. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement