• Dua produsen baterai kendaraan listrik terbesar di Korea Selatan mengumumkan pengembangan baterai berbasis lithium iron phosphate (LFP).
  • Ford mendirikan pabrik khusus untuk baterai berjenis LFP di Michigan, Amerika Serikat, yang ditargetkan beroperasi pada 2026.
  • Tesla, Mercedes Benz dan sejumlah produsen mobil asal Eropa dan Amerika Serikat berkomitmen menyematkan teknologi baterai berbasis LFP pada kendaraannya.

Awal pekan lalu, Senin (11/9), produsen baterai dan material terkemuka di Korea Selatan, LG Energy Solution, menyampaikan siap bersaing dengan Tiongkok dalam pasar baterai isi ulang untuk kendaraan listrik berjenis lithium iron phosphate (LFP). Chief Technology Officer LG Energy Solution Co. Shin Youngjoon mengatakan penetrasi Tiongkok dalam pasar baterai isi ulang semakin tinggi, terutama pada segmen baterai LFP.

Semakin banyaknya produsen kendaraan listrik yang mengadopsi teknologi baterai berbiaya rendah untuk memproduksi kendaraan dengan harga terjangkau, membuat pasar LFP bergerak sangat cepat. "Di luar pasar Tiongkok, LG Energy Solution menempati peringkat pertama di pasar baterai kendaraan listrik global, namun kesenjangan akibat penggunaan LFP mengubah keadaan dengan sangat cepat," kata dia dikutip dari The Korea Economic Daily.

Shin mengatakan untuk mempersempit kesenjangan dengan Cina yang semakin unggul dengan LFP, perusahaan baterai asal Korea Selatan itu akan terjun ke pasar LFP yang telah dikuasai oleh Negeri Panda. "Kami baru melakukannya sekarang karena telah ada permintaan, sehingga tidak ada alasan bagi Korea untuk tertinggal," kata dia. 

Mengenal Insentif Fiskal untuk Kendaraan Listrik
Mengenal Insentif Fiskal untuk Kendaraan Listrik (Katadata)

Berbondong-bondong Mengembangkan LFP

Chief Technology Officer LG Energy Solution Co. Shin Youngjoon menyatakan baterai LFP yang diproduksinya sedang dalam proses verifikasi oleh salah satu perusahaan kendaraan listrik. "Ini akan dipasang di kendaraannya yang akan dirilis pada 2026 mendatang," kata dia.

Shin mengakui LG tertinggal untuk mengembangkan teknologi LFP yang saat ini tengah dilirik oleh berbagai produsen kendaraan listrik. "Meski begitu, ada cukup kartu untuk mempertahankan keunggulan kami," kata dia.

Korea Selatan terlihat tak main-main mengejar Tiongkok dalam pasar baterai LFP. Selain LG, ada pula POSCO Future M Co Ltd dan EcoPro Co yang menargetkan akan memproduksi LFP pada 2025.

POSCO merupakan salah satu distributor utama yang memasok bahan-bahan untuk membuat sel baterai ke LG, Samsung SDI dan Ultium Cells. Mengutip Reuters, perusahaan ini merupakan produsen bahan katoda baterai terbesar di Korea Selatan dengan target produksi global melebihi satu juta ton pada 2030 mendatang, naik 40% dari rencana yang diumumkan sebelumnya pada 2022.

Jumlah ini merepresentasikan peningkatan kapasitas produksi sepuluh kali lipat dari kapasitas produksi tahunan pada akhir 2022 sebesar 105 ribu ton. CEO POSCO Future M Kim Jun-hyung mengatakan ia menaikkan target penjualan menjadi 43 triliun won (US$ 32,57 miliar) pada 2030 dengan target laba bersih sebesar 3,4 triliun won.

Kim menyampaikan pada 2022, perusahaan meraup pendapatan sebesar 3,3 triliun won dan laba sebesar 166 miliar won. Posco Future M pada Juni lalu mengumumkan rencana memproduksi 20 ribu metrik ton katoda LFP setiap tahunnya pada 2025. Perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi katoda LFP sekitar 7,5 kali lipat menjadi 150 ribu ton pada 2030.

POSCO juga berencana memperkuat kemampuan baterai LFP, mencakup perbaikan pada seluruh siklus hidup bahan baterai mulai dari penambangan bahan mentah, produksi, hingga daur ulang untuk mencapai target tersebut. "Kami akan meningkatkan kapasitas produksi secara drastis melalui investasi pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan yang kami lakukan sekarang," kata Kim.

Ia menyebutkan permintaan baterai untuk kendaraan di Amerika Serikat tumbuh sekitar 80% pada tahun 2022, meskipun penjualan mobil listrik hanya meningkat sekitar 55%, menurut Badan Energi Internasional (IEA). "Ketika industri otomotif berjuang untuk memproduksi kendaraan listrik yang lebih terjangkau, yang komponen termahalnya adalah baterai, baterai lithium-iron-phosphate (LFP) semakin mendapatkan daya tarik karena lebih murah dibandingkan baterai nikel-kobalt," kata dia.

Negara Penghasil Material untuk Baterai Kendaraan Listrik
Negara Penghasil Material untuk Baterai Kendaraan Listrik (IEA, EV Markets Reports)

Kim mengatakan jika perusahaan Korea Selatan memproduksi bahan katoda LFP dan memasoknya ke AS, perusahaan juga dapat memperoleh manfaat dari pembebasan tarif sebesar 27% berdasarkan peraturan Perjanjian Perdagangan Bebas Korea-AS. Kesepakatan ini dapat menjaga daya saing harganya dibandingkan produk Tiongkok.

Sedangkan CATL sebagai produsen utama yang mendominasi pasar baterai LFP, sudah jauh-jauh hari mengumumkan sejumlah pengembangan pada LFP untuk menyiasati kelemahan baterai berbasis lithium ini. Pada 16 Agustus lalu, perusahaan asal Tiongkok tersebut mengumumkan fast charging LFP, yang dapat mengajak lari kendaraan sejauh 400 kilometer (248 mil) hanya dengan pengisian baterai selama 10 menit.

CATL memberi nama baterai tipe ini Shenxing. Chief Technology Officer CATL Gao Han mengatakan  Shenxing akan masuk ke pasar kendaraan listrik pada 2024 mendatang. "Kami berharap melalui upaya berkelanjutan untuk meningkatkan teknologi dan mengurangi biaya, Shenxing akan menjadi produk standar yang tersedia untuk setiap kendaraan listrik," kata dia.

Eropa dan Amerika Serikat dalam Laju Pengembangan LFP

Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) yang merupakan pemain terbesar dalam industri baterai kendaraan listrik, berharap Shenxing dapat diserap oleh Tesla sebagai klien terbesarnya hingga saat ini. Selain Tesla, klien CATL lainnya adalah Volkswagen, BMW (BMWG.DE), Ford, Daimler dan Phoenix Motor. Menurut Bloomberg pada April 2023, perusahaan ini menguasai 49% pasar baterai kendaraan listrik global.

Pesaing utama CATL adalah BYD, perusahaan baterai asal Cina yang hanya berfokus pada pengembangan LFP. Baru-baru ini produsen mobil asal Jerman Mercedes-Benz mengumumkan perilisan seri mobil listrik terbaru yang disematkan teknologi LFP dari BYD.

Media lokal di Cina CBEA menyebutkan Mercedes-Benz mulai memproduksi kendaraan itu pada 2025. Sedan listrik yang baru tersebut didesain memiliki jangkauan jelajah hingga 750 km (466 mil) dengan menggunakan baterai LFP dari BYD.

Selain Mercedes-Benz, Tesla lebih dulu menggunakan baterai LFP. Sejak 2021, perusahaan asal Amerika Serikat milik Elon Musk tersebut telah bekerja sama dengan CATL untuk menyematkan teknologi baterai LFP sepenuhnya pada Tesla Model 3 SR+.

Ford Motor Co. mengekor di belakang dengan membangun satu pabrik khusus di Michigan, Amerika Serikat, untuk mengembangkan teknologi baterai LFP. Pada Februari lalu, produsen mobil asal AS itu mengumumkan nilai investasi yang dikucurkan sebesar US$ 3,5 miliar untuk membangun pabrik LFP pertama di negara tersebut.

Pabrik yang bernama BlueOval Battery Park Michigan itu diproyeksikan dapat mempekerjakan 2.500 orang ketika produksi baterai LFP dimulai pada tahun 2026. Dalam tiga tahun ke depan, investasi ini akan menghasilkan lebih dari 18.000 lapangan kerja langsung di Michigan, Kentucky, Tennessee, Ohio dan Missouri dan lebih dari 100.000 lapangan kerja tidak langsung.

Ford Executice Chair Bill Ford mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk memimpin revolusi kendaraan listrik di Amerika. "Itu berarti kami harus berinvestasi pada teknologi dan lapangan kerja," kata dia.

Pembangunan pabrik ini dilakukan melalui skema kerja sama dengan CATL yang telah memiliki 13 pabrik di Eropa dan Asia. Mengutip dari keterangan resmi Ford, perjanjian itu menyebutkan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Ford akan memproduksi sel baterai menggunakan pengetahuan dan layanan sel baterai LFP yang disediakan oleh CATL.

CEO dan Presiden Ford Jim Farley mengatakan pelanggan akan merasakan manfaat dari kendaraan listrik Ford dengan teknologi baterai mutakhir dan tahan lama yang semakin terjangkau seiring berjalannya waktu. "Teknologi baterai LFP membantu mengurangi ketergantungan pada mineral penting seperti nikel dan kobalt," kata dia.

Material Penyusun Baterai Kendaraan Listrik dari Bahan Tambang
Material Penyusun Baterai Kendaraan Listrik dari Bahan Tambang (IEA)

Jim Farley menyinggung komitmen Ford untuk menciptakan rantai pasok kendaraan listrik yang menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan dalam upaya mencapai netralitas karbon. Ia juga menekankan perusahaan menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia. Ford merupakan produsen mobil AS pertama yang merilis laporan hak asasi manusia secara berkala.

Tahun ini Ford berupaya untuk menghasilkan 600 ribu kendaraan listrik secara global sampai dengan akhir tahun, dan sebanyak dua juta kendaraan listrik secara global pada akhir 2026 sebagai bagian dari rencana Ford+.

Proyeksi Global, LFP Bakal Ungguli NMC

Menurut laporan yang diterbitkan oleh EV Markets Reports pada Agustus 2023, kenaikan pasar baterai LFP terlihat sejak 2022. Komposisi pasar baterai LFP melonjak drastis dari 6% pada 2020 mencapai 30% pada 2022 dengan nilai pasar US$ 12,5 miliar.

Pada 2021, pangsa pasar utama baterai LFP masih didominasi kawasan Asia Pasifik dengan raihan sebesar 34%. Namun beranjak ke 2022, pangsa pasar di Amerika Utara dan Eropa mengikuti dengan ketat, dengan raihan pasar masing-masing sebesar 29% dan 23%. Sedangkan di kawasan Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika (MEA) secara kolektif memiliki pangsa pasar sebesar 14%.

Berdasarkan data yang tersedia, EV Markets memperkirakan ada lompatan besar dalam pasar LFP yang akan meruntuhkan dominasi NMC. Diperkirakan pasar LFP akan tumbuh hingga mencapai US$ 52,7 miliar pada 2030. Pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 19,7% pada pasar LFP menunjukkan adanya pergeseran besar dalam preferensi teknologi baterai kendaraan listrik.

 

Mengutip Forbes pada 16 Agustus 2023, hampir seluruh kendaraan listrik yang dijual di Amerika Utara saat ini menggunakan teknologi lithium. Ini merupakan kompensasi atas penggunaan NMC yang lebih ringkih terhadap pelepasan panas jika terjadi sedikit saja kerusakan fisik atau cacat produksi.

Di kawasan itu telah terjadi enam penarikan berbeda dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, termasuk Chevrolet Bolt karena risiko baterai bertegangan tinggi terbakar. Komponen baterai yang digunakan merupakan NMC 622 produksi LG. Chevrolet menghentikan produksi untuk tipe Bolt tersebut.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, mengatakan transisi dari NMC menuju ke LFP merupakan hal wajar. "Nikel merupakan bahan langka dan tidak hanya digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik saja, digunakan juga untuk membuat besi baja, sehingga ada kompetisi yang membuat produsen mobil berpikir alternatifnya karena sumbernya yang terbatas," kata dia.

Hal kedua yang perlu diperhatikan, kata dia, kunci untuk memenangkan kompetisi dalam pasar kendaraan listrik ada pada teknologi baterai. Sebab itu, wajar apabila produsen kendaraan listrik dan produsen baterainya beralih pada teknologi baterai yang menawarkan keamanan lebih, life span lebih panjang, biaya lebih rendah. "Meskipun power density lebih rendah," kata dia.

Fabby memperkirakan sampai 2024 mendatang, teknologi baterai berbasis NMC masih akan mendominasi pasar. Sebab, sampai 2022 lalu sebanyak 60% pasar kendaraan listrik dikuasai oleh kendaraan berbasis NMC.

Ia mengatakan meski dalam segmen kendaraan penumpang atau kendaraan pribadi didominasi oleh LFP kelak, tak semua kendaraan listrik dapat disematkan teknologi LFP. "Kendaraan berjenis heavy duty vehicle, light duty truck dan bus akan tetap membutuhkan NMC karena kendaraan ini membutuhkan baterai dengan tingkat densitas tinggi," kata dia.

Sehingga, lanjut Fabby, teknologi NMC tidak akan menghilang begitu saja dalam kurun waktu sepuluh tahun mendatang. "Teknologi untuk baterai akan berkembang terus tetapi tetap akan ada pasar untuk baterai berbasis NMC," kata dia.

Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami