Button AI Summarize

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan hasil lelang blok minyak dan gas bumi (migas) tahun 2017, Senin (31/1) kemarin. Ada lima investor yang memenangkan proses lelang tersebut, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, masih ada keraguan terhadap kehandalan skema baru kontrak migas gross split yang ditawarkan pemerintah dalam lelang tersebut.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menilai lelang blok migas yang pemenangnya diwajibkan menggunakan kontrak gross split ini sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Skema gross split diyakini dapat memberikan efisiensi dan kemudahan berbisnis sektor hulu bagi kontraktor migas.

Advertisement

Namun pemerintah tetap mendengarkan masukan pemangku kepentingan terkait kebijakan sektor hulu migas di Kementerian ESDM. "Kami selalu bilang punya dua telinga untuk bisa dua kali lebih banyak mendengar daripada berbicara," kata Arcandra, Rabu (1/2).

Dalam empat tahun terakhir lelang blok migas, pemenang terbanyak pada tahun 2014. Dari empat 13 blok migas yang ditawarkan, laku delapan blok. Besarnya animo para investor migas itu seiring tingginya harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang kala itu mencapai US$ 96,5 per barel.

Namun, setahun berikutnya, tidak ada satu pun pemenang dari lelang delapan blok migas. Meskipun, sebelumnya ada dua kontraktor yang mengajukan penawaran. Mereka gagal menang karena menawar lebih rendah dari persyaratan pemerintah. Anjloknya animo investor turut dipengaruhi oleh rendahnya harga ICP kala itu, yang turun ke level US$ 49,2 per barel.

Tahun 2016, harga minyak maish rendah, malah turun menjadi US$ 40,13 per barel. Meski begitu, pemerintah tetap melelang 14 blok migas. Untuk menarik investor, pemerintah menerapkan skema baru yakni “open bid split”. Dengan skema ini, kontraktor bisa mengajukan penawaran bonus tanda tangan dan bagi hasil (split).

Lelang tahun 2016 sebenarnya mendapatkan pemenang yakni Azipac di Blok Oti. Namun, ketika diumumkan, pemerintah meminta pemenang menggunakan skema gross split, meskipun syarat awal tidak ada kewajiban itu.

Azipac sempat meminta tambahan waktu untuk mengkaji skema gross split sebelum kontrak ditandatangani. Namun, akhirnya, mereka memutuskan tidak melanjutkan proses penandatanganan kontrak.

Sedangkan pada tahun 2017, pemerintah memutuskan melelang 15 blok migas dengan syarat pemenangnya akan menggunakan skema gross split. Kebetulan, harga minyak mulai menunjukkan kenaikan hingga akhir tahun ICP rata-rata mencapai US$ 51,19 per barel.

Dari 15 blok tersebut, pemerintah berhasil menggaet lima pemenang. Mereka adalah Mubadala Petroleum (SE Asia) Ltd di Blok Andaman I, konsorsium Premier Oil Far East Ltd, KrissEnergy (Andaman II) BV Mubadala Petroleum (Andaman II JSA) Ltd di Andaman II,  PT Tansri Madjid Energi yang memenangkan lelang blok Merak-Lampung. Kemudian ada Saka Energi yang mendapatkan Blok Pekawai dan West Yamdena.

Gross Split masih perlu pembuktian

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong mengatakan lelang migas tahun 2017 menjadi langkah awal yang bagus bagi pemerintah. Namun, dia berharap semakin banyak perusahaan yang mengikuti lelang blok migas ke depan.

Di satu sisi, menurut Marjolijn, skema gross split masih perlu pembuktian untuk bisa menarik investasi di sektor hulu migas. "Masih harus buktikan. Kan belum diimplementasikan kecuali di Blok ONWJ, tapi kami harapkan baik," ujar dia

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement