Menperin Bawa IKM Otomotif ke Jepang, Atasi 4 Masalah Rantai Pasok
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan delegasi bisnis industri kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif dan Toyota Indonesia Diaspora Group di Nagoya, Jepang, Minggu (26/6). Agenda tersebut bertujuan untuk membenahi masalah rantai pasok yang dihadapi oleh IKM komponen otomotif di Indonesia.
“Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung IKM komponen otomotif agar berdaya saing dan mampu menjadi bagian dari supply chain industri otomotif, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Jepang,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/6).
Agus mengatakan, peluang bagi produk komponen otomotif yang dibuat oleh IKM sangat besar dan terbuka lebar. Dia berharap, IKM di sektor ini dapat menunjukkan kapasitas dan kemampuan produksi sesuai kebutuhan industri otomotif Jepang.
Menurut Agus, IKM komponen otomotif harus proaktif menjalin hubungan yang baik dengan para pengusaha Jepang sekaligus membuktikan diri sebagai supplier suku cadang otomotif yang paling kapabel dan andal di Asia. Untuk dapat meningkatkan daya saingnya, Pemerintah dan para pelaku IKM harus dapat menyelesaikan tantangan dan hambatan yang masih dihadapi.
Setidaknya terdapat empat masalah utama yang menghambat perkembangan IKM otomotif Indonesia, terutama dalam upaya menjadi bagian dari supply chain yang lebih luas.
1. Pendanaan
Agus mengakui IKM komponen otomotif di Indonesia belum mendapat dukungan pendanaan sepenuhnya dari lembaga keuangan. Hal itu terjadi karena pertimbangan bankability, skala atau ukuran perusahaan, dan faktor belum tersedianya produk perbankan yang tepat.
Oleh karena itu, Kemenperin akan berdiskusi dengan MUFG untuk menjajaki kemungkinan adanya skema pembiayaan khususnya bagi IKM komponen otomotif. MUFG adalah bank terbesar di Jepang.
2. Kualitas dan skalabilitas produk
Menurut Agus, permasalahan tersebut juga dihadapi oleh hampir semua IKM. ntuk meningkatkan kualitas IKM, Kemenperin memiliki banyak program pendampingan, seperti pendampingan pengembangan dan sertifikasi produk, implementasi teknologi 4.0, restrukturisasi mesin, layanan desain produk, pembangunan material center, serta dukungan promosi atau pameran.
“Selain itu, kami juga memiliki program-program pelatihan dan vokasi yang dapat membantu para pelaku IKM dalam hal penyediaan sumber daya manusia dan manajemen yang baik, termasuk balai-balai yang menyediakan layanan dan bantuan terkait permesinan,” jelas Menperin.
3. Minimnya mentor yang membimbing IKM
Mentor tersebut bertujuan untuk membimbing dalam produksi, manajemen, quality control, dan proses manufaktur lainnya. Agus berharap, para pelaku IKM dapat memanfaatkan kegiatan forum bisnis dan business matching yang akan diselenggarakan hari ini,, Senin (27/6) untuk melakukan pendalaman dan menjelajadi peluang kerja sama dengan perusahaan-perusahaan otomotif asal Jepang.
4. Masalah keterhubungan IKM dengan sektor otomotif di negara lain.
Persoalan ini akan dicari pemecahannya melalui forum bisnis yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo tersebut. Forum bisnis tersebut melibatkan delegasi bisnis IKM komponen otomotif yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO).
Agus menambahkan, bisnis otomotif Jepang di negara-negara lain, khususnya di ASEAN, juga memberikan peluang bisnis yang lebih besar untuk komponen kendaraan yang murah namun berkualitas tinggi.
“Saya berharap para pelaku IKM komponen otomotif dapat menjajaki peluang untuk menjadi bagian dari supply chain autoparts mobil Jepang untuk negara-negara tersebut,” pesan Menperin.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Jepang merangkap Negara Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi, menyebutkan, forum ini diinisiasi oleh KBRI di Tokyo dan Asosiasi Pengusaha Indonesia untuk mendorong peran IKM komponen otomotif agar dapat memperlihatkan kemampuan dalam supply chain.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi B. Sukamdani, mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung dan berkolaborasi dalam peningkatan kerja sama dan peningkatan keterampilan SDM. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian di bidang ketenagakerjaan dan mampu meningkatkan investasi di Indonesia.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang menunjukkan realisasi penjualan sepeda motor hanya mencapai 248.235 unit per Mei 2022, anjlok 43,51% (month-on-month/mom) dibandingkan bulan sebelumnya.
Jika dilihat secara tahunan, jumlah itu menurun 2,54% (year-on-year/yoy) dibandingkan Mei 2021. Penjualan sepeda motor ekspor juga mengalami penurunan. Per Mei 2022, volumenya mencapai 50.693 unit atau turun 13,77% (mom).