Operasi Komersial Unit 3 PLTP Sorik Marapi Molor Enam Bulan

Muhamad Fajar Riyandanu
22 Agustus 2022, 20:20
PLTP Sorik Marapi
Dokumentasi Kementerian ESDM
PLTP Sorik Marapi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan commercial operation date (COD) Unit 3 pembangkit panas bumi PLTP Sorik Marapi berkapasitas 50 Mega Watt (MW) tertunda enam bulan. Hal itu merupakan imbas dari semburan lumpur panas dan gas hidrogen sulfida (H2S) di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi, Mandailing Natal, Sumatera Utara pada 24 Maret lalu.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menyampaikan, semula COD Pembangkit Unit 3 dijadwalkan pada Mei 2022. Namun COD tersebut harus diundur hingga September tahun ini.

"Sumur-sumur  sudah siap dan memang seharusnya sudah COD, apabila tidak ada kejadian yang kemarin," kata Dadan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII pada Senin (22/8).

Berdasarkan rencana pengembangan di peta jalan, PLTP Sorik Marapi akan memiliki kapasitas 240 MW. Saat ini ,pembangkit yang sudah beroperasi sebesar 90 MW yang berasal dari unit 1 sebesar 45 MW dan unit 2 sebesar 45 MW.

PLTP ini  juga memiliki Pembangkit Unit 4 berkapasitas 50 MW yang direncanakan COD pada Mei 2023. Sementara unit 5 dengan kapasitas 50 MW ditargetkan beroperasi setahun setelahnya atau Mei 2024. 

Di forum yang sama, Chief Technology Officer (CTO) PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), Riza Glorius Pasikki mengatakan saat ini kapasitas terpasang di PLTP Sorik Marapi sebesar 90 MW dari total pengembangan 240 MW yang direncanakan selesai sampai akhir tahun 2024.

Riza menjelaskan, saat ini PT SMGP menjual hasil produksi listrik ke PLN dengan harga US$ 8,1 cent per kwh. Harga ini, ujar Riza, dinilai lebih murah dari biaya pokok penyediaan listrik di Sumatera Utara saat ini senilai US$ 8,6 cent per KwH. Dengan tarif tersebut, PLN diklaim bisa menghemat Rp 51,5 miliar per tahun. 

“Akhir September ini jika kami diizinkan operasi izin sumur dan perbaikan sumur T 11 kami bisa meningkat 140 MW pada akhir September 2022,” kata Riza.

Sebelumnya diberitakan, hasil investigasi Kementerian ESDM dan PT SMGP menemukan bahwa semburan lumpur panas dan gas H2S di PLTP Sorik Marapi disebabkan kesalahan teknis pada proses pengeboran di sumur T12. Semburan lumpur panas terjadi pada saat pengeboran sumur T-12 disebabkan oleh mata bor yang digunakan untuk pengeboran menabrak sumur T-11 pada bagian semen sehingga H2S di dalam sumur T-11 mengalir keluar melalui sumur T-12.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...