Rupiah Kembali Perkasa ke Level Rp 15.400 Didorong Data Inflasi AS
Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan impresif dengan dibuka menguat 0,9% ke level Rp 15.421 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Kamis (2/12). Penguatan ini ditopang serangkaian kabar baik dari Amerika Serikat atau AS yang mengindikasikan kebijakan moneter agresif kemungkinan segera berakhir, serta data inflasi domestik yang mengindikan penurunan.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke Rp 15.438 pada pukul 09.35 WIB. Namun, ini belum mencapai level penutupan kemarin di Rp 15.563 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang menguat 0,12%; dolar Taiwan 0,16%; peso Filipina 0,23%; rupee India 0,26%; dan ringgit Malaysia 0,31%. Sebaliknya, yuan Cina melemah 0,14%; bath Thailand 0,01%; won Korsel 0,05% dan dolar Singapura 0,04%. Sementara dolar hong Kong stagnan.
Analis DCFX, Lukman Leong, memperkirakan rupiah masih akan menguat didukung oleh sejumlah rilis data ekonomi AS. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.450-Rp 15.600 per dolar AS.
"Dolar AS melemah setelah data inflasi PCE menunjukan tekanan harga yang mereda dan data ISM menunjukkan aktivitas manufaktur di AS kontraksi dan mencapai level terendah dalam 2,5 tahun," ujar Lukman dalam risetnya, Jumat (2/12).
Mengutip CNBC internasional, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau PCE AS pada Oktober naik 0,3% secara bulanan dan 6% secara tahunan. Kenaikan dalam basis tahunan lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Inlasi PCE inti, yang tidak menghitung kenaikan harga pangan dan energi, naik 0,2% secara bulanan dan 5% secara tahunan. Inflasi inti PCE ini di bawah ekspektasi Dow Jones.
Data PCE inti menjadi salah satu data penting yang dipantau bank sentral AS, The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
Tanda-tanda pelemahan ekonomi AS terlihat dari kinerja manufaktur yang melambat. Rilis ISM, indeks PMI Manufaktur AS November terkoreksi setelah 29 bulan beruntun mencatatkan pertumbuhan. Ini semakin memberi sinyal dampak lebih lanjut dari kenaikan suku bunga The Fed terhadap perekonomian AS.
"Dari internal, data inflasi bulan November Indonesia yang menunjukkan penurunan pada inflasi utama secara tahunan meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dari kenaikan suku bunga BI," kata Lukman.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat inflasi November secara tahunan melandai dari bulan sebelumnya 5,7% menjadi 5,4%, meski secara bulanan terjadi inflasi tipis setelah mencatat deflasi di Oktober.
Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah akan kembali menguat hari ini karena masih terpengaruh sentimen komentar dovish The Fed kemarin. Rupiah bisa menguat ke kisaran Rp 15.540, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.600 per dolar AS.
Gubernur The Fed, Jerome Powell sebelumnya berkomentar bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk memperlambat kenaikan suku bunga acuannya mulai bulan depan. Pasar berekspektasi kenaikan bunga 50 bps setelah serangkaian kenaikan bunga agresif 75 bps di beberapa pertemuan terakhir.
"Di sisi lain, konsolidasi juga bisa terjadi hari ini karena pelaku pasar menantikan data penting tenaga kerja AS yang akan dirilis malam ini," kata Ariston dalam risetnya.
Data ketenagakerjaan juga menjadi salah satu yang dipertimbangkan The Fed dalam menentukan arah kebijakannya. Ariston menyebut data ketenagakerjaan yang memburuk bisa menjadi data tambahan yang mendukung ekspektasi bahwa The Fed akan semakin melonggarkan kebijakan moneternya, dan sebaliknya.
"Sentimen negatif yang membayangi pergerakan indeks saham Asia pagi ini juga bisa membatasi penguatan rupiah terhadap dollar AS, karena Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi karena Cina," kata Ariston.
Bank Indonesia menutup transaksi nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 15.617 per dolar Amerika Serikat (AS) saat perdagangan Kamis, 1 Desember 2022. Nilai tersebut menguat 125 poin atau 0,8% dari perdagangan hari sebelumnya.
Dalam sepekan, kurs rupiah mengalami fluktuasi sebesar 125 poin. Dolar AS diperdagangkan di rentang tertinggi Rp 15.742 per dolar dan terendah Rp 15.617 per dolar.