Di Balik Keunggulan Inggris Kendalikan Covid-19 Dibandingkan Amerika

Yuliawati
Oleh Yuliawati
25 Agustus 2021, 14:39
Inggris, Amerika Serikat, Covid-19
ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/WSJ/sa.
Para tamu menyaksikan pertunjukan pertunjukan West End 'The Show Must Go On' di Palace Theatre, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di London, Inggris, Rabu (2/6/2021).

Inggris melonggarkan beberapa aktivitas kegiatan publik di tengah gelombang varian Delta yang menyebar di seluruh dunia. Salah satu kegiatan yang membetot perhatian dunia yakni dibukanya pertandingan Liga Inggris sejak 14 Agustus lalu. 

Sesuai prediksi, pelonggaran kegiatan publik ini dibarengi dengan lonjakan kasus harian Covid-19. Data dari situs resmi pemerintah Inggris, GOV.UK, sejak pembukaan pertandingan Liga Inggris hingga 22 Agustus, terdapat tambahan 256.524 kasus baru. Rata-rata tambahan selama sembilan hari terakhir 28.502 kasus baru per hari.

Meski kasus baru melonjak, orang yang meninggal akibat Covid-19 tak meningkat tajam. Selama sembilan hari terakhir jumlah kematian 591 kasus. Atau rata-rata kasus kematian selama periode 14-22 Agustus yakni 65 orang per hari.

Fenomena di Inggris ini nampak istimewa jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat. Kedua negara ini merupakan negara-negara dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang tinggi.

Inggris telah menyuntikkan vaksin lengkap kepada 61,59% dari populasi, sedangkan vaksin dosis pertama diterima 8,66% penduduk. Adapun Amerika berhasil menyuntikkan vaksinasi lengkap kepada 51,16% populasi dan jumlah penerima dosis pertama sebanyak 9,25%.

Berbeda dengan Inggris, vaksinasi yang tinggi di Amerika tak mengurangi laju kasus Covid-19 dan kematiannya. Pada kurun 14-22 Agustus, penambahan kasus Covid-19 di Amerika mencapai 1.135.364 atau rata-rata hariannya mencapai 126.151. Adapun penambahan kematian dalam periode tersebut 8.835 orang atau hampir 15 kali lipat dibandingkan Inggris.

Efektivitas Vaksin AstraZeneca dan Pfizer

Inggris menggunakan vaksin AstraZeneca yang dianggap cukup efektif melawan varian Delta, meski perlindungannya menurun seiring waktu. Berdasarkan hasil studi para peneliti di Universitas Oxford  dan Kantor Statistik Nasional Inggris yang dipublikasi pada 19 Agustus lalu menunjukkan bahwa vaksin Astra Zeneca efektif melawan Delta.

Dikutip dari Nature.com, vaksin yang dikembangkan oleh Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca,  69% efektif melawan viral load yang tinggi 14 hari setelah dosis kedua, turun menjadi 61% dalam 90 hari.

Namun, penurunan efektivitas seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. "Vaksin dua dosis masih bekerja sangat baik terhadap Delta,"  kata Sarah Walker, ahli statistik medis di University of Oxford yang memimpin penelitian.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...