Industri Tekstil Mulai Menggeliat, Omzet Bakal Lampaui Sebelum Pandemi
Kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional pada tahun ini diperkirakan akan melampaui pencapaian sebelum pandemi atau pada 2019. Penjualan tekstil bertambah dari ekspor ke Amerika Serikat dan lonjakan permintaan pada ramadan 2022.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat permintaan pada ramadan biasanya meningkat sekitar 30% dibandingkan bulan biasa. Namun, lonjakan permintaan tersebut tidak terjadi pada 2020 dan 2021.
"Saya pikir bisa lebih tinggi dari (lonjakan permintaan ramadan) 2019 karena selama dua tahun ini mereka (konsumen) dilarang (belanja). Keliatannya teman-teman di industri tekstil sudah mempersiapkan ramadan ini untuk bangkit kembali," kata Ketua Umum API Jemmy Kartiwa kepada Katadata, Rabu (6/4).
Namun, di sisi lain pabrikan lokal menghadapi tantangan mencari tenaga kerja baru karena selama pandemi memecat banyak tenaga kerja. "Iya (karena banyak PHK pada 2020," kata Jemmy.
Faktor lainnya permintaan dari Negeri Paman Sam yang akan naik menjadi 5% - 6%. Sebelumnya, pangsa pasar produk Indonesia di Amerika Serikat ada di rentang 3% - 4%.
Jemmy mengatakan peningkatan tersebut disebabkan oleh keinginan pemilik merek asal Amerika Serikat untuk mendiversifikasi negara pemasok garmen. Saat itu, garmen dari Cina mendominasi hingga 70%, tapi angka tersebut diturunkan hingga 40% untuk menjaga pasokan.
Pelepasan pangsa pasar tersebut diperebutkan oleh tiga negara, yakni Indonesia, Vietnam, dan Bangladesh. Jemmy menilai salah satu faktor yang diperhatikan pemilik merek dalam memilih pemasok adalah harga produksi.