Tertekan di 2021, Industri Tekstil Mulai Menggeliat Menjelang Ramadhan

Andi M. Arief
14 Januari 2022, 14:48
industril, tekstil, TPT
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
Sejumlah pekerja menjahit kain sarung di industri kain sarung Asaputex, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). Menurut Kementerian Perindustrian pertumbuhan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mulai bangkit di triwulan III 2021

Industri tekstil di dalam negeri masih tertekan sepanjang tahun lalu akibat pandemi Covid-19. Namun, mendekati penghujung 2021 dan memasuki 2022, industri tekstil optimistis menuju perbaikan, terutama karena faktor Ramadhan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendata rata-rata utilisasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sepanjang 2021  adalah 60%.

Namun demikian, pada akhir 2021 telah menyentuh level 75% untuk industri hulu dan antara, sedangkan utilisasi industri garmen di posisi 85%. 

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan rata-rata (utilisasi 2021)  industri mencapai 60% karena pada awal kuartal III-2021 diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dan Level 4 di Pulau Jawa dan Bali.

"Hanya (industri TPT) berorientasi ekspor yang bisa produksi, itu pun hanya 50% (dari total kapasitas terpasang), untuk orientasi domestik sama sekali tidak bisa berproduksi," kata Elis Masitoh kepada Katadata, Jumat (14/1). 

 Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mencatat realisasi pertumbuhan produksi industri tekstil masih bergerak di zona merah pada kuartal II dan kuartal III-2021.

Namun demikian, perbaikan permintaan pada kuartal IV-2021 membuat produksi tekstil sepanjang 2021 lebih baik dibandingkan capaian 2020. 

Pada kuartal IV-2021, utilisasi industri serat dicatat telah mencapai kisaran 87,5%. Rinciannya adalah utilisasi untuk industri polyester mencapai 85%, sedangkan industri rayon di kisaran 90%.

Redma menilai perbaikan permintaan pada kuartal IV-2021 akan berlanjut pada tahun ini.

Menurutnya, pada semester pertama tiap tahun pada kondisi normal, permintaan bisa naik hingga 40%.

Namun, dengan kondisi saat ini permintaan tekstil pada semester I-2022 hanya dapat naik sebesar 15%. 

 Peningkatan permintaan pada semester I-2022 dapat meningkatkan utilisasi industri serat ke kisaran 92,5%.

Rinciannya adalah utilisasi untuk industri polyester di 90% dan rayon di 95%.

Redma menilai peningkatan  permintaan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti minimnya tekstil impor karena tingginya biaya pengapalan dan minimnya pasokan tekstil dari Cina karena krisis energi.

Penyebab lainnya adalah tingginya harga kapas dan membaiknya permintaan menghadapi Ramadhan 2022.

Redma mengatakan harga kapas pada posisi normal adalah sekitar US$ 0,55 - US$ 0,6 per kilogram (Kg).

Namun demikian, minimnya ketersediaan dan tingginya harga kargo membuat harga kapas naik menjadi US$ 1,2 per Kg. 

 Tingginya harga memaksa industri hilir TPT mengganti kapas dengan rayon, polyester, atau campuran keduanya yang diproduksi di dalam negeri.

Alhasil, komposisi konsumsi serat domestik kini berubah menjadi polyester 40%, rayon 30%, dan kapas 30% dari komposisi sebelumnya polyester 30%, rayon 15%, dan kapas 50%-60%.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...