Cerita Luhut Negosiasi RI dengan Amerika soal Pengurangan Emisi Karbon

Andi M. Arief
11 November 2022, 10:03
Luhut, emisi karbon
Instagram.com/luhut.pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Pemerintah Indonesia berhasil bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan tanpa mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan pengalaman bernegosiasi dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen di Treasury Building, Washington AS, September lalu.

Luhut mengatakan emisi yang dikeluarkan Indonesia hanya mencapai 2,3 ton per kapita. Sedangkan emisi yang dikeluarkan Amerika Serikat tercatat mencapai 14,7 ton per kapita. Adapun ambang batas emisi karbon 4,5 ton per kapita.

Meski begitu, Janet Yellen meminta Indonesia untuk menekan emisi karbonnya lebih jauh.

"Saya beri tahu Secretary Yellen, saya pikir itu tidak adil dan harus dilakukan secara adil. Dia katakan kepada saya itu masuk akal," kata Luhut dalam pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2022 di Bali, Jumat (11/11).

Setelah pertemuan bilateral tersebut, Luhut langsung membuat gugus tugas untuk negosiasi kerja sama terkait pengurangan emisi karbon dengan Amerika Serikat. Luhut mencatat negosiasi tersebut berjalan selama delapan bulan dan berakhir pada dua hari yang lalu.

Oleh karena itu, Luhut mengatakan tidak ada yang bisa mendikte Indonesia. Menurutnya, Indonesia hari ini berbeda dengan Indonesia pada delapan tahun yang lalu.

Meski emisi karbon lebih rendah dibanding yang lain, pemerintah Indonesia menargetkan menurunkan emisi karbon sebanyak 917 juta ton CO2e pada 2030 atau sebanyak 31,89%. Angka tersebut naik dari target yang ditetapkan hingga awal tahun ini sebesar 29%.

Selain itu, angka penurunan emisi dapat mencapai 1,1 miliar ton atau 43,2% dalam 7 tahun lagi jika pemerintah Indonesia dibantu oleh komunitas internasional. Angka tersebut naik dari target sebelumnya sebesar 41%.

"Saya percaya kita bisa mengurangi emisi karbon sampai 35% dan dengan dukungan internasional kami bisa mencapai 45%. Itu kami lakukan karena kami punya tanggung jawab ke generasi selanjutnya," kata Luhut.

Sebelumnya Luhut juga menyatakan Indonesia menjalin kerja sama dengan International Partners Group (IPG) untuk program pendanaan kemitraan transisi energi yang adil lewat mekanisme Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP ini merupakan inisiatif negara-negara kaya untuk mengurangi emisi karbon. 

Dia mengatakan bahwa kerja sama ini akan diumumkan secara resmi pada KTT G20 di Bali pada 15 November mendatang. "Kami berencana untuk mengumumkan pernyataan bersama tentang JETP dalam Presidensi G20 dengan negara-negara di Bali pada 15 November 2022," kata Luhut saat menjadi pembicara dalam diskusi Energy Transition on Achieving Net Zero Emission A High Call for Urgency di COP27 Mesir, dikutip Kamis (10/11).

Luhut menjelaskan, kerja sama di sektor pendanaan ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk melakukan terminasi pada PLTU batu bara sehingga bisa memangkas sebaran emisi gas rumah kaca yang signifikan di dalam negeri.

Skema pendanaan transisi energi seperti JETP menjadi salah satu alat utama untuk mendukung transisi energi Indonesia. Pasalnya, Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$ 25-30 miliar atau setara Rp 442 triliun hingga 2030 untuk percepatan transisi energi.

Infografik_Warga negara G20 mana penghasil emisi karbon terbesar
Infografik_Warga negara G20 mana penghasil emisi karbon terbesar (Katadata/ Pretty Juliasari)

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...