Penambangan Bitcoin di Tiongkok Hadapi Berbagai Kendala

Fahmi Ahmad Burhan
3 Mei 2021, 13:16
bitcoin, penambangan
Katadata
Penambangan bitcoin membutuhkan daya listrik yang besar.

Tiongkok mendominasi aktivitas penambangan bitcoin secara global. Namun, kini para penambang menghadapi kendala krisis listrik hingga polusi.

Berdasarkan data dari Cambridge Centre for Alternative Finance, hashrate atau tingkat komputasi untuk menambang bitcoin di Tiongkok mencapai 70% secara global. Hashrate bitcoin Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat (AS) yang hanya mencapai 7% secara global, dan Rusia 6,9%.

Hashrate ditentukan oleh kecocokan satu geografi dalam menampung pusat data yang besar. Satu daerah bisa dikatakan cocok apabila harga sewa rendah, iklim sedang, dan akses yang dapat diandalkan ke listrik murah.

Aktivitas penambangan di Tiongkok saat ini banyak dilakukan di Provinsi Xinjiang. Provinsi itu menyumbang hashrate global sebesar 35,76%.

Xinjiang menjadi pusat penambangan bitcoin di Tiongkok karena memiliki lebih dari 40% cadangan batu bara Tiongkok.  Daerah otonomi itu juga menempati wilayah yang luas, yakni 642.000 mil persegi, atau tiga kali lebih luas dari Prancis. Xinjiang juga kerap menurunkan harga sewa untuk penambang bitcoin.

Namun, kini pusat penambangan bitcoin global itu dilanda krisis listrik. Pada bulan lalu terjadi pemadaman listrik. Meski pemadaman hanya terjadi pada empat dari 61 kabupaten di Xinjiang, tetapi pemadaman mampu melumpuhkan 35% dari hashrate global bitcoin.

Bitinfocharts mencatat, total daya hashrate bitcoin anjlok dari 161 Exahash per detik menjadi sekitar 98 Exahash per detik dalam 10 hari.

Founder dan CEO penyedia layanan penambangan bitcoin, Compass Mining Whit Gibbs mengatakan, pemadaman listrik yang terjadi bulan lalu membuat penambang di Xinjiang kehilangan banyak uang. "Bitcoin memiliki pengukuran ekonomi yang mengoreksi diri,” kata Gibbs dikutip dari Fortune pada Minggu (2/5).

Selain penambang yang terdampak, pemadaman juga mengakibatkan harga bitcoin anjlok. Coinbase mencatat, bahwa harga bitcoin per bulan lalu (20/4) mencapai US$ 54.912. Padahal, pada sepekan sebelumnya mencapai rekor US$ 63.000.

CEO Ledgermatic Luke Sully mengatakan, mengatakan anjloknya harga itu dipengaruhi pemadaman. "Pemadaman listrik memang menunjukkan kelemahan mendasar meskipun jaringan bitcoin terdesentralisasi," katanya dikutip dari Reuters pada bulan lalu (19/4).

Karena Xinjiang dilanda pemadaman, banyak penambang yang berpindah ke wilayah lainnya seperti Provinsi Mongolia Dalam. Provinsi ini telah menyumbang 8% dari semua penambangan bitcoin global.

Sayangnya, para penambang kembali menemui kendala. Pemerintah provinsi Mongolia Dalam dikabarkan akan memberlakukan larangan aktivitas penambangan bitcoin dengan alasan polusi berat dari batu bara.

Pemerintah akan memberi waktu dua bulan kepada operator tambang untuk membersihkan aktivitas penambangannya. Pada Agustus tahun lalu, pemerintah juga memberi label tidak memenuhi syarat kepada 21 dari 30 penambang kripto di kawasan itu. Pemerintah pun membatalkan akses mereka ke tarif listrik preferensial.

Tahun lalu, Presiden Xi Jinping juga berjanji bahwa Tiongkok akan mencapai nol emisi karbon pada 2060. Xi Jinping kemudian menekan pemerintah provinsi dengan target pengurangan yang perlu dipenuhi.

Mongolia Dalam adalah satu-satunya provinsi yang melebihi kuota emisi karbon dan membuat para pemimpin provinsi mendapat teguran dari Beijing.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...