Bursa Anggap Saham yang Turun Drastis Beberapa Hari Masih Wajar

Image title
28 Januari 2021, 15:31
bursa, bursa efek indonesia, UMA, ARB
Arief Kamaludin|Katadata
Suasana studio rekam dan redaksi Televisi Bursa Efek Indonesia IDX Channel, di Jakarta, Senin, (05/12).

Beberapa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan drastis selama berhari-hari, bahkan kerap turun hingga terkena auto rejection bawah (ARB). Namun, Bursa tidak memasukkan saham-saham tersebut ke dalam daftar unusual market activity (UMA).

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Sihar Manulang mengatakan, Bursa tidak melakukan pemantauan khusus terhadap saham karena ARB atau auto rejection atas (ARA). Bursa mengenakan status UMA terhadap saham yang memiliki ketidakwajaran dari sisi transaksi di pasar.

"Tindakan pengawasan UMA tidak tergantung kepada ARB atau ARA. Bursa memiliki parameter tertentu tentang hal ini," katanya kepada awak media, Kamis (28/1).

UMA adalah aktivitas perdagangan dan/atau pergerakan harga suatu efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu di Bursa yang menurut penilaian Bursa dapat berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.

Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran di bidang pasar modal. Berdasarkan Peraturan Perdagangan Nomor II-A, parameter yang digunakan Bursa untuk melakukan pengawasan perdagangan efek, di antaranya fluktuasi harga dan volume, frekuensi, order/pesanan, dan transaksi.

Selain itu, parameter lainnya yang dipantau Bursa adalah pola transaksi, informasi penyelesaian transaksi, dan informasi lain yang penting dan relevan. "Tentunya kombinasi, tapi tidak seluruhnya harus terpenuhi maka bisa diindikasikan ketidakwajaran sehingga dilakukan suspensi," kata Kristian.

Beberapa saham di Bursa mengalami penurunan secara drastis secara berturut-turut. Seperti saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang turun dalam dua belas hari perdagangan, totalnya 51,9% menjadi Rp 3.350 per saham pada Kamis (28/1).

Saham Kimia Farma, sempat beberapa kali mengalami penurunan hampir 7% yang artinya terkena ARB. Pada periode 13-19 Januari 2021, saham ini turun nyaris 7% setiap hari. Lalu, tren ARB terus terjadi sejak 22-28 Januari 2021.

Saham lainnya, masih dari sektor farmasi dan milik pemerintah juga, yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) yang juga dalam dua belas hari perdagangan turun dengan total 53,83% menjadi Rp 3.220 per saham. Saham ini pun turun nyaris 7% setiap harinya, kecuali 20 dan 21 Januari 2021 yang turun tidak sampai 7%.

Saham lain yang turun signifikan selama berhari-hari adalah PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) sejak 13 Januari 2021 sebesar 47,43% menjadi Rp 1.945 per saham. Saham ini ditutup selalu ARB, kecuali pada 20 dan 21 Januari, saat saham ini ditutup naik masing-masing 3,85% dan 2,22%.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) juga termasuk saham yang mengalami penurunan secara drastis sejak 14 Januari 2021 sebesar 45,59% menjadi Rp 865 per saham. Pada 20 Januari 2021, saham ini sempat ditutup naik 7,69% menjadi Rp 1.330 per saham tapi setelahnya terkena ARB.

Dari beberapa saham yang turun, mayoritas merupakan perusahaan farmasi dan alat kesehatan yang sempat menjadi primadona karena persiapan vaksinasi Covid-19. Namun, sejak program vaksin digelar pada Rabu (13/1), saham-saham farmasi malah rontok.



Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan program vaksinasi yang dilakukan pemerintah seharusnya menjadi sentimen positif untuk saham farmasi. Masalahnya, valuasi harga saham farmasi saat ini dinilai sudah tinggi, sehingga membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung alias profit taking.

Bahkan, menurutnya, penurunan harga saham farmasi bisa berlangsung lama karena harga yang sudah tinggi. "Itu biasa kalau (harga) sudah tinggi, tinggal taking profit. Sebenarnya valuasinya sudah mahal, pasar overreaction saja karena berhubungan dengan vaksin," kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Kamis (14/1).

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...