Perang Rusia -Ukraina Diramal Panjang, Krisis Pangan Bayangi Indonesia

Abdul Azis Said
21 Juni 2022, 17:35
rusia, ekonomi
ANTARA FOTO/REUTERS/Viacheslav Ratynskyi/WSJ/dj
Lyubov, 85, berdiri di depan gereja kayu dari abad 19, yang hancur akibat serangan roket, ditengah serbuan Rusia terhadap Ukraina, di desa Viazivka, wilayah Zhytomyr, Ukraina, Kamis (28/4/2022).

Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO memperkirakan perang bisa berlangsung bertahun-tahun. Indonesia terancam krisis pangan jika perang Rusia dan Ukraina berlangsung lebih lama hingga bertahun-tahun.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan dengan perang yang berkepanjangan maka kenaikan harga pangan bisa berlanjut dan membebani kelompok masyarakat menengah ke bawah. Apalagi, Indonesia masih bergantung pada impor bahan pangan terutama gandum dari Ukraina. Perang akan mengganggu pasokan gandum dari Ukraina ke dalam negeri.

"Skenario terburuknya bisa saja potensi terjadinya krisis pangan di dalam negeri kalau mitigasinya tidak dilakukan sedari dini dari dampak perang Rusia Ukraina ini dalam jangka panjang," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Selasa (21/6).

Selain gandum, perang juga berpeluang mengerek harga komoditas pangan lainnya yang bukan produksi andalan dari Rusia maupun Ukraina misalnya daging dan sayuran. Hal ini karena jika Rusia dan Ukraina perang, maka gangguannya bisa merembet ke negara lain karena perdagangan dunia yang saling terhubung satu sama lain.

Senada dengan Yusuf, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memperingatkan risiko terganggunya pasokan pangan di dalam negeri. Hal ini karena kekhawatiran terhadap perang menyebabkan banyak negara melakukan proteksi terhadap sejumlah komoditas pangan strategis.

Apalagi, dalam kondisi keuangan global yang semakin ketat, likuiditas dolar AS di banyak negara juga makin menipis. Dengan likuiditas yang menipis tersebut menyebabkan kesulitan bagi negara-negara untuk mengimpor produk pangan strategis tersebut.

"Banyak negara-negara dunia kita lihat mulai mengamankan pasokan pangan dan energinya, di Cina, impornya untuk sereal meningkat. Mereka coba mengamankan pasokan khawatir kalau ada masalah, Indonesia sendiri saya pikir perlu strategi serupa," kata David dihubungi.  

Selain itu, perang juga bisa menimbulkan dampak yang meluas termasuk gangguan di beberapa negara produsen energi dunia. Hal ini akan bisa mendorong harga energi bertahan tinggi sampai tahun depan. Dengan harga energi yang tinggi dan pemerintah harus mengejar defisit APBN tak lebih dari 3%, maka inflais tahun depan diramal 3%-5% atau di atas target BI di 2%-4%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...