Amerika Ajak Beri Sanksi Minyak Rusia, RI Perlu Waspadai Risiko Buruk

Abdul Azis Said
14 Oktober 2022, 14:02
Rusia,
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Ilustrasi

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen kembali merayu Indonesia untuk ikut serta memberi sanksi minyak Rusia, dengan iming-iming berbagai keuntungan ekonomi. Namun, beberapa ekonom melihat langkah itu justru bisa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar alih-alih mendulang untung.

Amerika menyampaikan ajakan itu saat pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa hari lalu di Washington DC, Amerika Serikat. Sanksinya dalam bentuk price cap alias pembatasan harga terhadap ekspor minyak Rusia. Pemerintah Indonesia belum mengambil sikap terkait usulan tersebut.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai pemberian sanksi terhadap minyak Rusia tersebut tentunya akan membantu menahan harga minyak tidak melonjak tinggi di pasar. Dengan begitu, kebijakan tersebut tentunya bisa meminimalisir volatilitas harga.

Kebijakan itu bisa membantu pemerintah memperkirakan pergerakan maksimal dari harga minyak dan menjadikannya sebagai acuan dari penentu kebijakan. Seperti diketahui, volatilitas harga minyak dunia telah mendorong perubahan pada kebijakan harga BBM.

Namun, kebijakan itu juga punya konsekuensi. "Ada peluang Rusia sebagai pihak yang dikenakan price cap akan memberikan aksi balasan dengan memberhentikan pasokan minyak ke negara yang bersangkutan. Kondisi ini tentu berpeluang mendorong harga menjadi lebih tinggi, karena pasokan yang berkurang," kata Yusuf, Jumat (14/10).

Di samping itu, jika price cap ini kemudian dilakukan, bukan tidak mungkin banyak negar amulai memeprtimbangkan memberlakukan hal serupa untuk harga komoditas lainnya, tidak terkecuali batu bara dan CPO. Padahal, dua komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.

Senada, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky juga mengingatkan kebijakan price cap bisa menimbulkan kerugian bagi Indonesia. Seperti yang dikatakan Yusuf, kebijakan pembatasan harga bisa memicu dilakukannya price cap untuk komoditas lain yang jadi andalan Indonesia.

"Ini berbahaya untuk Indonesia karena kita eksportir komoditas, jadi sebetulnya semakin kita bisa menghindari price cap maka itu akan lebih baik. Selain itu, kebijakan ini juga bisa semakin memperkeruh tensi geopolitik," kata Riefky.

Di samping itu, belum tentu Indonesia juga akan diuntungkan dengan adanya price cap. Alasannya, pembatasan harga tidak serta merta bisa menekan biaya impor minyak, karena kebijakan ini sering kali tidak efektif saat diimplementasikan.

"Karena bisa jadi Rusia kemudian stop impor ke Indonesia, lalu mendorong kesepakatan OPEC+ atau rusia memotong jumlah produksinya sehingga mendorong harganya naik lagi," ujarnya.

Addapun sejumlah negara mempertimbangkan memberi sanksi ke minyak Rusia, terutama Amerika Serikat dan sekutunya. Mengutip The Guardian, kelompok negara G7 yang didalamnya juga termasuk AS berencana memberlakukan batas harga pada minyak Rusia mulai 5 Desember mendatang.

Kelompok negara-negara barat itu kembali bertemu pekan ini di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Namun hasil pertemuan mereka yang terbaru tidak memberikan keterangan yang pasti soal kelanjutan rencana price cap minyak Rusia.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...