Covid-19 di Cina Meledak, Ini Dampaknya Terhadap Ekonomi RI

Abdul Azis Said
26 Desember 2022, 13:23
Covid-19, Cina
ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/tom.
Sejumlah warga mengantre tes PCR massal di salah satu kompleks permukiman di Distrik Chaoyang, Kota Beijing, Cina, Senin (28/11/2022).

Kasus Covid-19 di Cina melonjak mencapai jutaan orang dalam beberapa hari terakhir. Gelombang penularan Covid-19 ini berisiko memperlambat perekonomian Cina yang akan berdampak pula pada perekonomian Indonesia.

Kepala Pusat Makro Ekonomi dan Keuangan INDEF M Rizal Taufikurahman mengatakan, pertumbuhan ekonomi Cina berpotensi lebih lemah pada tahun depan bila disertai dengan lockdown atau karantina. Karantina wilayah bakal memukul perekonomian, karena membuat mobilitas masyarakat dan distribusi barang terganggu.

Pelemahan ekonomi Cina bakal mempengaruhi prospek ekonomi negara lain, termasuk Indonesia. Dampaknya ke dalam negeri akan langsung terlihat terutama membuat turunnya permintaan ekspor dari Cina.

"Ekspor ini yang menopang ekonomi Indonesia sekitar 20%, jadi kalau ekspor menurun akibat Cina yang melemah, maka PDB juga akan turun," kata Rizal sata dihubungi lewat sambungan telepon, Senin (26/12).

Apalagi, Cina menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia yang menyerap sekitar seperlima dari total nilai ekspor Indonesia. Ekspor beberapa komoditas strategis Indonesia ke Cina seperti batu bara hingga besi baja berisiko turun jika pabrik-pabrik di Cina mengurangi produksi karena ekonominya lesu.

Rizal menyarankan pemerintah perlu mempercepat diversifikasi negara tujuan ekspor Indonesia. Di samping itu, pemerintah perlu memastikan ekonomi domestik terutama yang didorong konsumsi rumah tangga dan investasi masih bisa tumbuh kuat tahun depan, mengkompensasi berkurangnya dorongan dari ekspor.

Ledakan Covid-19 Melemahkan Ekonomi Cina

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina (CCDC) memperkirakan virus Corona telah menjangkit hampir 250 juta penduduk sepanjang bulan ini. Peningkatan kasus ini setelah pelonggaran kebijakan karantina.

Pelonggaran membuat Covid-19 merebak di Cina diduga karena masih rendahnya vaksinasi untuk masyarakat lansia. Selain itu, imunitas alami yang belum terbentuk.

Bloomberg mencatat terjadi penurunan dalam aktivitas ekonomi Cina pada bulan ini. Indeks agregat delapan indikator awal melemah dari laju November. Selain itu, mobilitas masyarakat di banyak kota utama Cina juga masih jauh di bawah level sebelum pandemi sekalipun pelonggaran kebijakan pandemi sudah dilakukan sejak 7 Desember lalu.

Survei dari World Economics juga menunjukkan optimisme bisnis di Cina menyentuh level terendahnya sejak Januari 2013. Indeks kepercayaan bisnis di Cina turun menjadi 48,1 pada Desember, dari 51,8 pada bulan sebelumnya. Ini merupakan hasil survei terhadap manajer pemasaran di lebih dari 2.300 perusahaan di seluruh dunia pada 1-16 Desember.

Hasil survei ini menjadi salah satu indikator pertama yang menunjukkan bagaimana sentimen bisnis terpukul setelah kebijakan pelonggaran pandemi di Cina. "Survei menunjukkan dengan kuat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi China telah melambat secara dramatis, dan mungkin menuju resesi pada tahun 2023," kata World Economics dikutip dari Reuters.

Bank Dunia dalam laporan terbarunya juga kembali memangkas prospek ekonomi Cina tahun ini dan tahun depan, masing-masing 0,1 dan 0,2 poin persentase dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi Cina diperkirakan tumbuh 2,7% tahun ini dan 4,3% pada tahun depan.

Risiko ekonomi terutama akibat kebijakan pandemi di Negara Panda yang dianggap yang masih tidak pasti. Di samping itu, tekanan terus-menerus di sektor properti juga memberikan efek limpahan ke ekonomi makro dan keuangan secara luas.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...