Menkeu: Harga BBM Tak Hanya Dihitung Berdasarkan ICP

Nur Farida Ahniar
4 November 2014, 13:47
Bambang Brodjonegoro
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA ?  Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pertimbangan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak hanya memperhitungkan harga minyak mentah Indonesia yang menurun. 

Selain Indonesia Crude Price (ICP), kata Bambang, kurs nilai tukar rupiah juga mempengaruhi postur anggaran. "Lihat juga kursnya karena dua-duanya berpengaruh (terhadap APBN)," tutur Bambang di Jakarta, Selasa (4/11).

Menurut dia perhitungan harga minyak dalam anggaran negara menggunakan angka rata-rata ICP selama setahun penuh. Atau tidak terbatas pada bulan tertentu saja. Perubahan harga minyak belum langsung memberi pengaruh terhadap postur anggaran. "Ada jarak waktu dari saat pembelian sampai penyaluran di tengah masyarakat," ujarnya.

Menurut data Tim Harga Minyak Indonesia yang tertera di situs Kementerian ESDM, harga rata-rata minyak mentah Indonesia bulan Oktober mencapai US$ 83,72 per barel. Angka itu turun US$ 11,25 per barel dari US$ 94,97 per barel pada bulan September 2014.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pemerintah telah memutuskan kenaikan ini, namun belum dapat memastikan kapan kenaikan tersebut akan dilakukan. Saat ini yang tengah disiapkan pemerintah adalah program bantuan kepada kelompok masyarakat miskin sebagai antisipasi dampak kenaikan harga BBM. (Baca: Pemerintah Tetap Naikkan Harga BBM Meski ICP Turun)

Dengan penurunan ICP, beberapa ekonom menilai kenaikan harga BBM lebih aman di kisaran Rp 2.000-Rp 2.500 per liternya. Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menghitung dengan asumsi ICP sebesar US$ 105 per barel dalam APBN Perubahan 2014, porsi subsidi yang ditanggung pemerintah mencapai Rp 4.500 per liter. Sedangkan hingga Oktober 2014 rata-rata harga ICP sebesar US$ 90 per barel. Dengan demikian besaran subsidi pemerintah mencapai Rp 3.000 per liternya. "Sehingga kan subsidinya tetap ada, tidak dihilangkan," tutur Faisal kepada Katadata.

Kisaran harga itu juga menurut Faisal sudah memperhitungkan pergerakan nilai tukar rupiah. Dalam APBN 2014, asumsi nilai tukar sebesar Rp 11.600 per dolar AS. Sedangkan posisi nilai tukar hingga Oktober lalu di kisaran Rp 12.000 per dolar AS. (Baca: Faisal Basri: Harga Minyak Turun, Kenaikan BBM Rp 2.000 - Rp 2.500)

Tak hanya Faisal, riset Bank Danamon juga menilai kenaikan harga BBM tidak perlu terlalu besar. Berdasarkan pehitungan Danamon, harga keekonomian/pasar BBM bersubsidi saat ini Rp 8.750 per liter, dengan asumsi ICP US$ 90 per barel dengan asumsi kurs Rp 12.000 per dolar AS. 

"Dulu yang semula perlu kenaikan Rp 3.000-3.500 untuk saat ini hanya Rp 2.000-Rp 2.500," tulis Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina dalam risetnya.

Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk Agustinus Prasetyantoko juga menilai turunnya harga minyak mentah dunia tidak dapat menjadi alasan pemerintah menunda kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM penting untuk menyehatkan anggaran sehingga proporsi belanja negara menjadi lebih besar.

Meski begitu, dengan penurunan harga minyak mentah dunia, kenaikan harga BBM tidak serta merta tinggi. Menurutnya, kenaikan yang ideal sebesar Rp 2.000-Rp 2.500 per liter. Dengan kenaikan sebesar itu, pemerintah bisa menghemat anggaran sekitar Rp 100 triliun. 

Reporter: Petrus Lelyemin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...