Ke Jepang, Luhut Kantongi Proyek Hingga Rp 130 Triliun
Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ke Jepang membuahkan hasil. Pertemuannya dengan Perdana Menteri Jepang Sinzho Abe menghasilkan banyak kesepakatan, terutama investasi proyek-proyek besar di Indonesia.
Luhut mengatakan nilai proyek yang bisa dihasilkan dari pertemuan ini bisa mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 130 triliun. “Bisa dekat US$ 10 miliar. Karena kereta api US$ 2,5 miliar, Pelabuhan Patimban US$ 4 miliar. Ya bisa dekat US$ 8-10 miliar,” ujarnya saat ditemui usai melaporkan hasil kunjungannya ke Jepang kepada Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (11/10).
Salah satu kerja sama yang sudah dimulai adalah menyangkut sektor maritime, yakni Maritime Economic Cooperation. Kerja sama ini sebenarnya sudah di sepakati pada tahun lalu antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Shinzo Abe. (Baca: Pemerintah Ajak Jepang Garap Blok East Natuna)
Ada beberapa bentuk kerjasama di bidang maritim, diantaranya eksplorasi ladang minyak dan gas di wilayah Natuna (Kepulauan Riau) dan Blok Masela di Maluku. Di Blok Masela Jepang mendapat tawaran untuk menggarapnya sampai ke industri hilir, yakni petrokimia. Kemudian investasi pembangunan Pelabuhan Patimban, yang saat ini sudah dilakukan pertemuan intensif untuk proyek ini.
Selain kerja sama di bidang maritim, ada juga kerja sama di bidang pertanian dan pasukan penjaga perdamaian (peace keeping force). Luhut mengatakan hal ini sudah ada tindak lanjutnya antar kedua negara. Di bidang pendidikan, Jepang akan mengirimkan para profesornya ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia, terutama dalam hal teknologi.
(Baca: Luhut Bahas Blok Masela di Jepang, Arcandra Batal Ikut)
Kemudian ada juga kerja sama dalam bidang pembangunan industri strategis di Indonesia. Jepang juga berencana membangun proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 200 kilometer. Rencana ini sudah disepakati beberapa waktu lalu dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno akan menindaklanjutinya.
Luhut mengaku akan segera menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut. Nantinya akan dibentuk tim kerja bersama (working group) di Indonesia dan di Jepang. “Kalau semua working group-nya bekerja. Kami berharap itu akan bisa mulai berbagai proyek itu awal atau first quarter next year (kuartal pertama tahun depan),” ujarnya.
(Baca: Ke Jepang, Jokowi Bahas Proyek Pelabuhan Patimban)
Dari berbagai proyek ini, Luhut melihat yang paling mungkin bisa mulai dikerjakan pada kuartal I-2017 adalah Pelabuhan Patimban. Menurutnya proyek ini sangat dibutuhkan bagi Indonesia. Targetnya tahap pertama Pelabuhan Patimban bisa rampung pada 2019.
Kemudian Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya yang diharapkan bisa dimulai paling lambat pada kuartal kedua tahun depan. Karena proyek ini dianggap memiliki dampak ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia.
Banyaknya proyek yang akan digarap Jepang, kata Luhut, bisa menepis anggapan bahwa pemerintah selama ini lebih memihak Cina ketimbang Jepang. Seperti diketahui ada beberapa proyek yang awalnya hendak dikerjakan oleh Jepang, tapi kemudian pemerintah lebih memilih menyerahkan proyek tersebut ke Cina.
Menurutnya selama ini hubungan kerja sama Indonesia dengan Jepang masih bagus. Jadi jangan terlalu membesar-besarkan bahwa investasi Cina lebih banyak masuk ke Indonesia. "Enggak betul juga. Karena investasi terbesar di Indonesia sekarang masih Jepang. Cina pada posisi 3 atau 4," ujarnya.