Temui Jokowi, Dirut PLN Bahas Pembangkit Listrik 35 GW dan Batu Bara
Direktur PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basyir tiba-tiba muncul di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta. Ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membicarakan soal progres pembangunan 35 gigawatt (GW) hingga mahalnya biaya listrik karena harga batu bara.
Sofyan mengatakan, saat ini batu bara Indonesia mayoritas diekspor sehingga harganya menjadi mahal. Dia menyebut 80 persen batu bara dikuasai swasta dan investor asing dan diekspor. "Kalau (batu bara) Indonesia diekspor jadi mahal," kata Sofyan di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/6).
Sofyan menyampaikan, kondisi berbeda terjadi di negara lain seperti India, Tiongkok, serta Australia di mana mayoritas produksi batu bara dikuasai oleh negara. Hal ini menurut Sofyan membuat harga listrik di negara tersebut lebih kompetitif. "Kalau di Indonesia pasokan cukup tapi harganya mahal," kata Sofyan.
(Baca juga: 80 Persen Sumber Daya Air Indonesia Belum Termanfaatkan)
Sedangkan untuk progres pembangunan pembangkit listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang 2x1.000 megawatt, PLTU Tanjung Jati A, PLTU Jawa 7, hingga PLTU Cilacap. Sofyan mencontohkan salah satu contohnya adalah PLTU Batang yang saat ini progres lapangan fisiknya mencapai 25 persen. "Mesinnya (turbin) juga telah disiapkan tapi harus menunggu fisiknya rampung," kata Sofyan.
Hanya, Sofyan mengaku tidak membahas subsidi dengan Jokowi. Namun dirinya menyebut saat ini masih mengkaji kemungkinan 2,4 juta pelanggan listrik 900 VoltAmpere (VA) untuk mendapatkan subsidi. "Sedang kami lihat kembali, misalkan tidak layak masuk ya harus dikeluarkan (penerima subsidi)," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjanjikan tidak ada pencabutan subsidi tarif listik bagi kelompok pelanggan kurang mampu yang memakai daya 450 VA. Jadi, tarif listrik untuk kelompok pelanggan tersebut tidak akan naik sampai akhir tahun nanti.
(Baca juga: Pemerintah Siap Sewakan Dua Bendungan untuk Pembangkit Listrik)
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsman Sommeng mengatakan, keputusan itu bertujuan agar tidak memberatkan beban masyarakat kurang mampu. "Harga listrik 450 VA tidak naik sampai akhir tahun," kata dia kepada Katadata.