Bappenas Hitung Defisit APBN Akan Bengkak Rp 400 T karena Harga Minyak

Abdul Azis Said
13 April 2022, 16:44
APBN, PPN, bappenas, kenaikan harga minyak, harga minyak, defisit apbn
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengingatkan, target defisit APBN disusun dengan asumsi ICP US$ 63 per barel, sementara harganya kini melonjak seiring kenaikan harga minyak mentah dunia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menghitung ada potensi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 400 triliun akibat kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP). Namun, Kementerian Keuangan sebelumnya berulang kali memperkirakan defisit tahun ini akan di bawah target.

Menteri PPN Suharso Monoarfa mengatakan, target defisit dalam APBN 2022 memang lebih rendah dari target tahun lalu sebesar 4,86% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, target itu disusun dengan asumsi ICP US$ 63 per barel, sementara harganya kini melonjak seiring kenaikan harga minyak mentah dunia.

"Saya kira pasti akan ada defisit tambahan sekitar hampir Rp 300-Rp 400 triliun meskipun memang akan ada windfall, tetapi kita kita juga ada subsidi dan seterusnya," kata Suharso dalam diskusi pada acara Rakornas Pelaksanaan Anggaran 2022, Rabu (13/4).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga ICP sebesar US$113,5 per barel pada Maret 2022. Harga tersebut meningkat 18,6% dari US$95,72 per barel pada Februari 2022. Jika melihat data historisnya, ICP Maret 2022 ini merupakan harga tertinggi sejak Februari 2013. Ketika itu ICP sempat ditetapkan sebesar US$114,86 per barel.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit APBN berpeluang melebar akibat adanya kenaikan harga minyak mentah ini. Sebelum lonjakan harga komoditas akibat perang, pemerintah optimistis kinerja APBN akan kuat ditopang kinerja moncer tahun lalu, sehingga defisitnya diperkirakan bisa ditekan hingga sedikit di bawah 4%. Namun, dengan situasi saat ini, ia menyebut defisit mungkin akan sedikit melebar.

"Kami perkirakan defisit kita akan lebih rendah dari ini, bahkan mungkin bukan hanya sedikit lebih rendah tapi jauh lebih rendah dari itu," kata Sri Mulyani dalam acara Bloomberg Asean Business Summit pada pertengahan bulan lalu.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa dalam undang-undang yang telah disetujui DPR, defisit APBN dirancang sebesar 4 tahun ini, menurut undang-undang yang sudah disetujui parlemen, dirancang dengan defisit sekitar 4,8 %.

Dalam keterangan terbarunya di agenda pembacaan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) hari ini, Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa pihaknya masih terus memantau pergerakan  harga minyak dunia dalam hal dampaknya ke APBN. Ia hanya mengatakan Kemenkeu sudah melakukan exercise untuk menghitung potensi tambahan penerimaan dan pelebaran belanja, tetapi tidak merincikan hasil dari perhitungan tersebut.

Bank Dunia memperkirakan pendapatan negara tahun ini bisa kembali tembus Rp 2.000 triliun, atau melebihi target. Kondisi ini didukung oleh reformasi pajak dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga, jika tidak ada perubahan pada besaran belanja negara tahun ini yang ditargetkan Rp 2.714,2 triliun, Bank Dunia memperkirakan defisit APBN bisa turun ke 4%.

Harga komoditas yang tinggi akan menambah pendapatan negara dari ekspor komoditas, "Tapi ini juga akan memberi tekanan pada subsidi listrik dan energi jika harga minyak yang tinggi terus berlanjut. Dampak dari semua ini pada keseimbangan fiskal secara neto akan negatif tetapi modest," kata Bank Dunia dalam laporannya pekan lalu. 

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...