Impor Lesu, Surplus Neraca Perdagangan April Cetak Rekor US$ 7,56 M

Abdul Azis Said
17 Mei 2022, 12:26
neraca perdagangan, ekspor, impor, neraca dagang
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi. Neraca perdagangan pada Januari-April 2022 mencapai US$ 16,89 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan surplus US$ 7,56 miliar pada April 2022, naik dibandingkan bulan sebelumnya US$ 4,53 miliar. Kenaikan surplus perdagangan seiring dengan kinerja impor yang turun di tengah kenaikan ekspor. 

"Surplus terjadi selama 24 bulan berturut-turut. Surplus ini rekor baru, tertinggi sepanjang sejara. Sebelumnya rekor tertingg dicatatkan pada Oktober 2021 US5,74 miliar," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers, Selasa (17/5). 

Ia menjelaskan, penyumbang surplus terbesar berasal dari komoditas lemah dan minyak hewan nabati, disusul bahan bakar mineral. Sedangkan berdasarkan negaranya, surplus besar diraih Indonesia dari Amerika Serikat, India, dan Filipina.

Margo mencatat, ekspor pada April mencapai US$ 27,32 miliar, naik 3,11% dibandingkan Maret 2022 atau 47,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara impor tercatat US$ 19,76 miliar, turun 10,01% dibandingkan bulan sebelumnya atau  naik 21,97% dibandingkan April 2021. 

Margo menjelaskan, ekspor nonmigas naik 3,17% secara bulanan atau 47,69% secara tahunan menjadi US$ 25,89 miliar. Sedangkan ekspor migas, naik 2,01% secara bulanan atau 48,93% secara tahunan menjadi  US$ 1,43 miliar. 

"Kami lihat perkembangan ekspor sejak 2021 hingga 2022 berada dalam kondisi baik. Pertumbuhan ekspor pada April memang secara siklusnya lebih rendah dibandingkan Maret," ujar Margo.

Ia menjelaskan, kenaikan ekspor terutama terjadi pada bahan bakar mineral HS27 sebesar 13,88% secara bulanan menjadi US$ 648 juta, disusul komoditas bijih logam terak abu sebesar 41,61% atau US$ 345 juta. Ekspor besi dan baja naik US$ 301,7 juta, timah dan barang daripadanya naik US$ 99,2 juta dan bahan kimia anorganik US$ 91,5 juta.

"Kalau dilihat negara tujuannya, ekspor bahan bakar mineral paling banyak ke Malaysia, Cina, dan Korea Selatan," kata dia.     

Di sisi lain, menurut dia, penurunan ekspor terbesar terjadi pada barang logam mulia atau HS71 sebesar 47,84% atau US$ 525 juta. Ini karena penurunan ekspor ke Singapura, Swiss, dan Jordan.  Ekspor nikel dan barang daripadanya turun US$ 212,3 juta, kendaraan dan bagiannya turun US$ 86 juta, serta minyak hewan dan nabati, yang mencakup CPO turun US$ 78,6 juta.

Margo menjelaskan, terdapat beberapa kondisi yang memengaruhi kinerja ekspor.  Beberapa di antaranya adalah larangan ekspor CPO, harga komoditas, dan, kinerja perekonomian negara-negara mitra dagang utama Indonesia. 

Ia mencatat, harga sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia masih meningkat pada bulan lalu. Harga batu bara naik 2,57% kopi naik 0,10%. Sementara itu, harga CPO di April turun 5,30% nikel turun 2,33%, serta timah 2,18%.

Pergerakan harga komoditas tak lepas dari kinerja perekonomian sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia. Ekonomi Cina tumbuh 4,8%, India 4,6%, sedangkan Amerika Serikat minus 1,4%.

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...