Rupiah Menguat Tipis ke 14.363/US$ Terdongkrak Sentimen The Fed
Nilai tukar rupiah dibuka menguat lima poin ke level Rp 14.352 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan rupiah ditopang rilis notulen rapat The Federal Reserve yang mengindikasikan adanya potensi dovish ke depannya.
Rupiah melemah tipis dari posisi pembukaan ke Rp 15.363 pada pukul 09.35 WIB. Adapun mata uang Asia lainnya bergerak variatif. Penguatan juga dialami yen Jepang 0,03%, dolar Hong Kong dan dan rupee India 0,01% serta dolar Singapura 0,01%. Sebaliknya, pelemahan dialami dolar Taiwan 0,17% bersama won Korea Selatan 0,06%, peso Filipina 0,07%, yuan Cina 0,02%, ringgit Malaysia 0,11% dan baht Thailand 0,06%.
Analis DCFX Lukman Leong melihat rupiah berpotensi menguat hari ini setelah rilis notulensi rapat The Fed yang menunjukkan sikap sedikit lebih lunak. Rupiah diperkirakan menguat ke arah Rp 15.275, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 15.400 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan sedikit menguat hari ini oleh membaiknya sentimen di pasar pascarisalah pertemuan FOMC yang sedikit lebih dovish," kata Lukman dalam risetnya, Kamis (13/10).
Risalah rapat tersebut berisi pandangan para pembuat kebijakan The Fed selama rapat bulan lalu. Dokumen ini antara lain menunjukkan sikap para pejabat The Fed yang menilai penting upaya menurunkan inflasi lebih lanjut. Namun, beberapa pejabat menekankan pentingnya pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya ke ekonomi. Hal ini memberi sinyal bahwa The Fed akan menahan diri untuk mulai mengurangi agresifitasnya dalam mengerek bunga.
Suku bunga The Fed sudah dinaikkan 300 bps sejak kenaikan pertama Maret lalu, dengan kenaikan 75 bps sudah diambil dalam tiga pertemuan beruntun.
Meski demikian, Lukman melihat potensi penguatan rupiah hari ini akan terbatas. Pasar masih wait and see terhadap data inflasi AS bulan September yang akan dirilis nanti malam.
Senada, analis PT Sinarmas Futures Ariston juga melihat pergerakan rupiah hari ini bisa menguat berkat rilis notulen rapat The Fed, tetapi tertahan oleh penantian data inflasi. Rupiah diperkirakan menguat ke arh Rp 15.300, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 15.380 per dolar AS.
Selain dua sentimen tersebut, pasar juga mencermati sentimen risiko resesi global. Kekhawatiran penurunan signifikan pada ekonomi dunia telah memberikan tekanan tambahan ke aset berisiko termasuk rupiah.
"Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF, perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut, inflasi global yang terus menaik, kondisi-kondisi tersebut memberi peluang rupiah kembali melemah," kata Ariston dalam risetnya.