• Pertumbuhan ekonomi kuartal II melesat 7,07% yoy sehingga Indonesia berhasil keluar dari resesi
  • Ekonomi paruh kedua tahun ini berpotensi melambat akibat penerapan PPKM level 4.
  • Pemerintah memproyeksi ekonomi tumbuh 5,7% pada kuartal III jika kasus Covid-19 terkendali.

Kabar baik datang dari laporan produk domestik bruto yang dirilis Badan Pusat Statistik kemarin (5/8). Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 melesat 7,07% year on year, tertinggi sejak akhir 2004 dan berhasil membawa Indonesia keluar dari resesi ekonomi. Namun, apakah ekonomi benar-benar pulih?

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua menunjukkan strategi pemerintah dan arah pemulihan ekonomi yang sudah benar. Tren pemulihan ekonomi terjadi sejak kuartal ketiga tahun lalu meski kontraksi ekonomi masih berlanjut hingga kuartal I 2021. 

“Selain efek ekonomi yang negatif 5,3% pada tahun lalu, ada faktor-faktor lain yang menunjang arah pemulihan dan kuatnya ekonomi pada kuartal II," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Jumat (6/8).

Ia menyebut, momentum Lebaran dan Ramadhan pada April dan Mei menjadi salah satu faktor pendukung ekonomi kuartal kedua. Pemerintah juga mengucurkan beragam bantuan sosial dan membayarkan THR dan gaji ke-13 kepada PNS. 

Konsumsi rumah tangga yang terkontraksi sejak kuartal kedua tahun lalu pun berhasil tumbuh mencapai 5,36% yoy pada kuartal kedua tahun ini. Kondisi ini juga mendorong kinerja inventasi lebih baik yakni tumbuh 7,54%. Kedua komponen ini menyumbang 85% produk domestik bruto pada April-Juni. 

 

 

Selain itu, menurut Sri Mulyani, ada andil perbaikan ekonomi global yang mendorong kinerja ekspor dan impor. Ekonomi negara-nagara mitra dagang Indonesia pulih pada kuartal kedua. Tiongkok tumbuh 7,9%, Amerika Serikat 12,2%, Singapura 14,3%, Korea Selatan tumbuh 5,9%. Alhasil, komponen ekspor dan impor dalam PDB berhasil tumbuh masing-masing 31,78% dan 31,22%. 

BPS juga mencatat komponen pengeluaran pembentuk PDB lainnya, yakni konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani melayani Masyarakat (LNPRT) juga tumbuh masing-masing  8,06% dan 4,12%. 

Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferansı pers kemarin (5/8) menjelaskan, kinerja ekonomi kuartal II 2020 yang negatif 5,32% memberikan andil besar terhadap melesatnya pertumbuhan ekonomi April-Juni 2021. Hal serupa terjadi di banyak negara, salah satunya Singapura yang tumbuh 14,3% setelah terkontraksi 13,2% pada kuartal II tahun lalu.

“Karena ekonomi turun dalam pada kuartal kedua tahun lalu, maka pada kuartal kedua tahun ini pertumbuhannya cukup tinggi,” ujar Margo dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (5/8).

Namun, menurut dia, ekonomi kuartal II  sebenarnya belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini terindikasi dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi secara kuartalan yang  tumbuh 3,31%. Angka  ini berada di bawah rata-rata pertumbuhan kuartal II dalam lima tahun terakhir yang selalu berada di atas 4%.

Ekonom Chatib Basri pada Maret lalu mengingatkan, agar berhati-hati dalam membaca data pertumbuhan ekonomi kuartal II yang kemungkinan melesat karena terkontraksi dalam tahun lalu. Menurut Chatib, lebih baik melihat angka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun.

Mantan Menteri Keuangan era SBY ini juga mengingatkan  jika ekonomi tumbuh 5% secara tahunan pada 2021, maka pertumbuhannya hanya mencapai 3% dibandingkan sebelum pandemi. "Ini karena dasarnya tahun lalu minus 2%. Harus dilihat secara seimbang," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement