Indonesia Hati-Hati Respons Ancaman Boikot KTT G20 Bila Putin Hadir
Amerika Serikat (AS) hingga Kanada menolak rencana kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Indonesia pada akhir tahun ini. Pemerintah mengambil langkah dengan berhati-hati menyikapi dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap pertemuan G20.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi mengatakan perlu kebijakan yang hati-hati dalam merespons konflik tersebut. Meski demikian, pemerintah tetap mencoba memfasilitasi kehadiran seluruh anggota ke Bali pada akhir tahun mendatang.
"Tentu saja ini membutuhkan satu kebijakan penuh dengan kehati-hatian. Kita sebagai presidensi akan merespons seperti apa," kata Dedy dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/4).
Ia mengatakan, misi forum Presidensi G20 Indonesia ialah untuk memfasilitasi 20 negara untuk berdiskusi bersama terkait tiga isu prioritas yang diusung. Isu tersebut meliputi arsitektur kesehatan global yang inklusif, transformasi digital, dan transisi energi baru dan terbarukan.
"Kita sebagai Presidensi memfasilitasi ke-19 negara, satu Uni Eropa, dan organisasi internasional yang akan hadir unntuk bersama-sama berdiskusi dalam forum G20,"
Adapun, Amerika Serikat (AS) akan memboikot sejumlah pertemuan G20 jika pejabat Rusia hadir. Negeri Abang Sam juga menyatakan menolak tegas rencana kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan dia telah menjelaskan posisi itu kepada menteri keuangan lainnya dalam grup. AS juga telah meminta agar Indonesia mengeluarkan Rusia dari forum G20.
"Saya telah menjelaskan kepada rekan-rekan saya di Indonesia bahwa kami tidak akan berpartisipasi dalam sejumlah pertemuan jika Rusia ada di sana," kata Yellen, dikutip dari CNN, Kamis (7/4).