Rupiah Berpotensi Melemah Hari Ini Usai Rilis Data Ekonomi Terbaru AS
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,14% ke level Rp 14.415 per dolar AS pada pasar spot pagi ini, Kamis (6/5). Namun, mata uang Garuda diperkirakan loyo karena data ekonomi Negeri Paman Sam yang melesat.
Adapun mayoritas mata uang Asia menguat pagi ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,02%, dolar Singapura 0,01%, dolar Taiwan 0,09%, won Korea Selatan 0,16%, peso Filipina 0,13%, dan ringgit Malaysia 0,03%. Sementara daftar mata uang yang melemah antara lain yen Jepang sebesar 0,12%, rupee India 0,07%, yuan Tiongkok 0,05%, dan baht Thailand 0,11%.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, rupiah terdampak semakin ekspansifnya data Services Purchasing Managers' Index (PMI) Negeri Paman Sam. "Karena ini berpotensi memberikan katalis positif bagi dolar AS," ujar Nafan kepada Katadata.co.id, Kamis (6/5).
Data Institute for Supply Management (ISM) Services PMI AS berada di level 62,7 pada April 2021. Selain itu, ukuran lapangan kerja industri jasa AS meningkat ke 58,8 pada bulan lalu dari 57,2 pada Maret, tertinggi sejak September 2018.
Selain itu, Nafan menilai bahwa pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengenai peluang Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan turut menjadi sentimen positif bagi mata uang Negeri Paman Sam. "Ini seiring dengan membaiknya kinerja inflasi AS," ujar dia.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi yang masih terkontraksi menunjukan Indonesia masih mengalami resesi. Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi kuartal I minus 0,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan RI masih lemah.
Secara teknikal, Nafan menjelaskan adanya pola bullish inside bar pada grafik harian yang mengindikasikan adanya potensi depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Potensi pergerakan ada di antara Rp 14.410 - 14.460 per dolar AS.
Survei ISM menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan AS mulai membaik. Hal ini seiring mulai menggeliatnya industri akomodasi dan jasa makanan. "Lebih banyak restoran mulai melonggarkan pembatasan mereka dan kembali ke level normal," tulis ISM dalam laporannya.
Di sisi lain, perusahaan swasta bergegas untuk meningkatkan produksi di tengah lonjakan permintaan, menunjukkan momentum ekonomi yang semakin bergerak pada awal kuartal kedua. Hal tersebut didukung oleh bantuan pemerintah besar-besaran dan peningkatan vaksinasi Covid-19.
"Pasar kerja meningkat pada musim semi karena konsumen lebih nyaman keluar setelah vaksinasi dan pemeriksaan stimulus," kata Kepala Ekonom di PNC Financial Gus Faucher di Pittsburgh, Pennsylvania.
Adapun angka penggajian oleh swasta naik menjadi 742.000 pekerjaan bulan lalu, terbesar sejak September 2020. Angka tersebut juga naik dari 565.000 pekerja pada bulan Maret.