Imbas Pandemi Corona, 70% Industri Alas Kaki Terkendala Bahan Baku

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz
Ilustrasi. Sebanyak 80% industri alas kaki kesulitan menjual produknya ke luar negeri lantaran terdapat kebijakan karantina wilayah atau lockdown di berbagai negara.
Editor: Agustiyanti
24/4/2020, 14.08 WIB

Pandemi virus corona turut memukul industri padat karya alas kaki. Kebijakan karantina wilayah atau lockdown yang diterapkan sejumlah negara untuk mencegah penyebaran virus menyebabkan sekitar 70% industri alas kaki dalam negeri kekurangan bahan baku.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia mengatakan, terhambatnya bahan baku membuat kapasitas industri saat ini hanya terpakai 21% hingga 45%. Pabrik yang masih berproduksi dengan kapasitas sekitar 72% saat ini hanya industri sepatu besar dengan jumlah tenaga kerja di atas 5.000 orang.

"Untuk sejumlah industri yang masih beroperasi, bahan baku menjadi masalah yang mengganggu," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata.co.id, Kamis (23/4).

Berdasarkan survei terhadap anggota Aprisindo, tercatat 70% industri mengalami masalah bahan baku, sedangkan 30% tak bermasalah. Selain itu, 37% perusahaan mengeluhkan kesulitan mengimpor bahan baku, sedangkan 36% menyebutkan suplier bahan baku tutup.

Sementara itu, sebanyak 18% industri alas kaki mengeluhkan adanya kenaikan harga dan 9% mengalami kesulitan prosedur. Kondisi ini diperburuk dengan sulitnya mengekspor produk-produk alas kaki sehingga bisnis semakin terpuruk.

 (Baca: Mayoritas Pengusaha Sepatu Hanya Mampu Bertahan 3 Bulan Tanpa PHK)

Berdasarkan hasil survei, sebanyak 80% industri kesulitan menjual produknya ke luar negeri lantaran terdapat kebijakan karantina wilayah atau lockdown di berbagai negara. Sedangkan 20% sisanya mengalami penurunan order.

"Permasalahannya karena sejumlah negara tujuan utama ekspor industri ini juga melakukan lockdown," kata dia.

Akibatnya, pendapatan yang tak menentu dan beban biaya operasional yang tinggi mengancam kelanjutan bisnis alas kaki. Dengan tidak adanya pemasukan, perusahaan di sektor tersebut diperkirakan hanyadapat mempertahankan karyawan selama tiga bulan ke depan.

Oleh karena itu, Aprisindo mendesak pemerintah untuk segera memberikan stimulus guna menyelamatkan sektor padat karya ini. Beberapa stimulus yang diminta yakni insentif pajak, dana kemudahan perizinan, dan bantuan pelatihan.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto