Pemegang saham resmi mengangkat Irfan Setiaputra sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia. Mendampingi Irfan, Dony Oskaria dipilih sebagai Wakil Direktur Utama dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (22/1).
Dony lahir di Tanah Datar, Sumatera Barat, pada 1969. Di desanya belum terjangkau listrik, Tanjung Alam, Dony tumbuh hingga kelas 5 SD sebelum melanjutkan sekolah ke Padang.
“Karena orang tua saya berasal dari keluarga yang miskin dan susah yang bekerja serabutan, satu-satunya cara untuk mengubah nasib adalah dengan bersekolah,” kata Dony dalam wawancara Majalah SWA, 31 Agustus 2016.
Setelah menjadi juara kelas hingga kelas 2 SMP, orang tua Dony mengarahkannya untuk merantau ke Jakarta. Ia kemudian melanjutkan sekolah ke SMP 75 Kebon Jeruk, kemudian masuk ke SMA 78.
Lulus Pendidikan menengah, Dony kemudian kuliah di Jurusan Akuntansi Universitas Andalas pada 1989. Namun, karena merasa kurang cocok di bidang akuntansi, Dony pindah kuliah ke Universitas Padjadjaran Jurusan Hubungan Internasional.
“Dari Padang menuju Bandung saya menebeng truk angkutan barang milik teman selama empat hari perjalanan,” katanya.
(Baca: Strategi Irfan Setiaputra Genjot Bisnis Garuda )
Setelah bergelar sarjana, Dony sempat bekerja di perusahaan advertising yang bertugas memasang billboard di jalan selama delapan bulan. Setelah itu, saya memulai karier di Bank Universal pada 1995 sebagai petugas call center.
“Setiap hari saya berangkat menggunakan bus metromini dan bus Kopaja menuju kantor. Jam kerja dari pukul 6 pagi hingga 11 malam,” ujarnya.
Dari call center, Dony menjadi personal banker, kemudian menjadi supervisor dan menangani operation development. Dan pada 1999 Dony menjadi manajer senior dan dalam setahun sudah menjadi kepala divisi.
Kariernya di Bank Universal berkembang pesat hingga krisis moneter 1998. Bank Universal kemudian harus merger dengan Bank Bali, Bank Artamedia, Bank Prima Express dan Bank Patriot pada 2002. Kemudian, ia dipilih menjadi Jakarta operation head, sebagai vice president.
Dony mengaku pernah mendapat tawaran masuk HSBC sebagai regional operation head, tetapi ia lebih tertarik untuk masuk ke Bank Mega. Menurutnya, perkembangan karier seseorang juga ditentukan oleh pertumbuhan perusahaan yang menaunginya.
“Saya memilih Bank Mega karena pada saat krisis moneter, Bank Mega melakukan promosi besar-besar dengan pendekatan sosial yang menjadi passion saya,” kata Dony.
Di Bank Mega, ia memulai karier sebagai Kepala Bagian hingga kemudian menjadi Kepala Divisi Pengembangan Operasi. Ia kemudian melanjutkan pendidikan Program MBA di The Asian Institute of Management di Filipina pada 2009.
(Baca: Ditunjuk jadi Komisaris Garuda, Yenny Wahid: Ini Sebuah Pengorbanan)
Tahun 2010, Dony diangkat menjadi Regional Head Bank Mega Jawa Barat karena kinerja regional tersebut yang paling buruk. Hanya dalam dua tahun, regional ini menjadi regional terbaik. Pada 2012, ia dipromosikan sebagai Direktur Pengelola Bank Mega.
Pada tahun 2014, Dony dipercaya untuk memimpin beberapa perusahaan CT Corp. Di antaranya, sebagai CEO Trans Luxury Hotel Bandung, CEO Trans Resort Bali, CEO Trans Studio Bandung, CEO Trans Studio Makassar, CEO Trans Studio Mall Bandung, CEO Trans Studio Mall Makassar, CEO Grup Antavaya, dan CEO IBIS Bandung Trans Studio.
Pada 2014, Dony juga menjadi Dewan Komisaris Garuda Indonesia, karena Trans Corp punya saham di Garuda melalui PT Trans Airways dengan porsi kepemilikan saham sebesar 6,63 miliar saham atau 25,61%.
Tahun lalu, Dony merupakan salah satu dari dua Komisaris Garuda Indonesia yang menolak laporan keuangan periode 2018. Laporan keuangan itu kemudian diketahui bermasalah hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi denda kepada manajemen Garuda Indonesia.
(Baca: Laporan Keuangan 2018 Disajikan Ulang, Garuda Rugi Rp 2,4 Triliun)
Sedangkan dalam perombakan direksi dan komisaris Garuda Indonesia kali ini, terdapat tiga nama dengan latar belakang yang terkait dengan Trans Corp. Selain Dony, Chairal Tanjung didapuk sebagai wakil komisaris utama. Adik dari pengusaha Chairul Tanjung itu pernah menduduki kursi finance manager dan direktur di CT Corp.
Sementara itu, Peter F. Gontha ditunjuk sebagai Komisaris Garuda Indonesia yang efektif per 22 Januari 2019. Sebelumnya, Peter tercatat sebagai Chairman TransVision Indonesia sejak 2018.