Kereta Api Indonesia (KAI) membukukan pendapatan sebesar Rp 12,1 triliun pada semester I 2019. Pendapatan KAI turun 8,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 13,21 triliun.
Salah satu faktornya karena pendapatan konstruksi turun hingga 60,2%. "Pada semester I pendapatannya sebesar Rp 1,43 triliun, pada periode yang sama tahun lalu Rp 3,6 triliun," dikutip dari keterbukaan informasi pada Rabu (2/10).
Padahal pendapatan angkutan dan usaha lainnya naik sebesar 12,6% menjadi Rp 10,7 triliun. Pendapatan tersebut ditopang dari pendapatan angkutan kelas ekonomi yang naik sebesar 14% menjadi Rp 2,4 triliun.
Ditambah pendapatan kelas eksekutif yang naik signifikan sebesar 46% menjadi Rp 1,9 triliun. Sedangkan pendapatan kelas bisnis turun sebesar 24% menjadi Rp 269 miliar.
(Baca: Tiket Termurah Kereta Cepat Jakarta-Bandung Akan Dipatok Rp 300 Ribu)
Adapun beban pokok pendapatan KAI tercatat sebesar Rp 8,9 triliun atau turun 8,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yaitu Rp 10,3 triliun. Rinciannya yakni beban konstruksi turun 61% menjadi Rp 1,4 triliun, serta beban angkutan dan usaha sebesar Rp 7,5 triliun atau naik 11,9%.
Dengan beban pokok yang turun, laba usaha KAI pada semester I mencapai Rp 1,86 triliun atau naik 7,5%. Sedangkan laba bersih perusahaan berpelat merah tersebut bisa mencapai Rp 1,23 triliun atau meningkat 74%.
KAI telah mengoperasikan 394 perjalanan yang terdiri 346 perjalanan reguler dan 48 perjalanan tambahan, atau meningkat 5% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu hanya 375 perjalanan kereta api.
Selain itu, KAI juga telah menambah dua rute baru yang telah dioperasikan yakni Galunggung relasi Stasiun Kiaracondong (Bandung)-Stasiun Tasikmalaya dan Pangandaran relasi Stasiun Gambir (Jakarta)-Stasiun Bandung-Stasiun Banjar.
(Baca: Darmin MInta Menhub Kembangkan Angkutan Logistik untuk Dorong Ekonomi)