PT Pos Indonesia (Persero) membantah perusahaanya berada di ujung tanduk. Hal ini dipastikan langsung oleh Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi Setijono ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (24/7). "Apakah kami mau bangkrut? Tidak," katanya.
Dia mengatakan beberapa alasan perusahaan pos pelat merah tersebut tidak akan bangkrut seperti isu yang beredar. "Apakah kami me-lay off karyawan? Apa telat bayar gaji? Apa kami menunda pembayaran-pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga? Semua lancar," ucapnya.
Dia pun menambahkan, Pos Indonesia bahkan mendapatkan rating A- dari lembaga pemeringkat PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Sehingga, dia memastikan semua utang-utang yang dimiliki perusahaan lancar. "Masa sih mau bangkrut," katanya.
Selain itu, berdasarkan laporan tahunan Pos Indonesia 2018, perseroan mampu meraih laba sebesar Rp 127,4 miliar sepanjang 2018. Meski begitu, laba mereka tahun lalu memang tercatat terjun bebas 64,1% dari laba periode 2017 yang mencapai sekitar Rp 355 miliar.
(Baca: Kementerian BUMN Bantah Isu Pos Indonesia Bangkrut
Kinerja Pos Indonesia 2018
Pada tahun lalu, Pos Indonesia mampu mengantongi pendapatan bersih senilai Rp 4,87 trililun atau tumbuh 12,6% dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp 4,32 triliun. Namun, beban pokok layanan perusahaan juga ikut tumbuh sehingga menggerus laba kotor.
Tercatat, beban pokok layanan perusahaan tahun lalu mencapai Rp 3,96 triliun, naik 16,84% dibandingkan periode yang sama 2017 sebesar Rp 3,39 triliun. Dengan naiknya beban pokok layanan tersebut, laba kotor Pos Indonesia tahun lalu menjadi Rp 908,1 miliar, turun 2,60% dari 2017 yang sebesar Rp 932,3 miliar.
Beban pokok layanan sendiri terdiri dari beberapa komponen. Beban tertinggi yaitu beban dari komponen Paketpos yang mencapai Rp 1,58 triliun, naik 15,5% dari 2017 yang sebesar Rp 1,37 triliun. Meski begitu, pendapatan bersih dari komponen Paketpos mencapai Rp 1,74 triliun, naik hingga 30,76% dari 2017 sebesar Rp 1,33 triliun.
Beban selanjutnya yang mesti ditopang oleh Pos Indonesia berasal dari komponen Suratpos yang sebesar Rp 1,50 triliun, naik 10,49% dibandingkan 2017 sebesar Rp 1,36 triliun. Padahal pendapatan bersih dari bisnis Suratpos ini hanya Rp 1,25 triliun, turun 3,23% dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 1,29 triliun.
(Baca: PT Pos Indonesia Bantah Bangkrut dan Bayar Gaji Gunakan Utang)
Meski begitu, Pos Indonesia mendapatkan bantuan operasional atas penyelenggaraan layanan Pos Universal (LPU) dari pemerintah karena perusahaan pelat merah ini menanggung beban dari bisnis Suratpos tersebut.
Berdasarkan surat pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA), tahun lalu Pos Indonesia mendapatkan dana LPU senilai Rp 346,4 miliar, lebih besar 0,52% dari pada tahun sebelumnya senilai Rp 344,6 miliar.
Pencapaian kinerja 2018 belum sesuai dengan harapan salah satunya karena pencairan dana bantuan operasional LPU belum seluruhnya terealisasi karena ada proses audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang belum selesai. Dalam laporan tersebut tercatat, pendapatan donasi LPU tahun lalu senilai Rp 345,7 miliar.
Direktur Keuangan Pos Indonesia Eddi Santosa pada Senin (22/7) lalu mengatakan kepada Katadata.co.id, bantuan operasional untuk layanan yang masuk dalam kategori public service obligation (PSO) ini, pada 2019 besarnya Rp 375 miliar berdasarkan DIPA.
(Baca: Jalankan PSO, Laba Pos Indonesia Tahun 2018 Hanya Rp 130 Miliar)
Lebih lanjut mengenai beban pokok layanan, tahun lalu tercatat bisnis jasa keuangan memiliki beban pokok senilai Rp 52,97 miliar, turun 10,84% dibandingkan dengan 2017 senilai Rp 59,42 miliar. Meski turun 7,7%, namun pendapatan bersih dari jasa keuangan Pos Indonesia tahun lalu mencapai Rp 896,6 miliar. Sehingga terdapat margin sebesar Rp 843,7 miliar dari bisnis ini.
Gilarsi mengatakan, jasa keuangan memang miliki margin yang besar karena beban biayanya sudah relatif dibayarkan semua. Sehingga, yang didapatkan pada top line bisa masuk banyak ke dalam bottom line. Sedangkan bisnis kurir, beban biayanya relatif lebih besar, seperti biaya transportasi, termasuk bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi. "Jadi, marginnya jauh lebih tipis," kata Gilarsi.
Target Pos Indonesia 2019
Adapun, berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2019, pendapatan Pos Indonesia ditargetkan sebesar Rp 5,88 triliun atau tumbuh hingga 20,76% dibandingkan dengan 2018 lalu yang senilai Rp 4,87 triliun.
(Baca: Strategi Pos Indonesia untuk Tingkatkan Kinerja Keuangannya Tahun Ini)
Namun, mereka juga memperkirakan beban pokok layanan perusahaan juga ikut naik 11,43% menjadi Rp 4,42 triliun dari Rp 3,96 triliun di 2018. Dengan begitu, laba kotor Pos Indonesia tahun ini diperkirakan sebesar Rp 1,46 triliun atau tumbuh 61,57% dibandingkan dengan 2018 yang sebesar Rp 908,17 miliar.
Dengan begitu, Pos Indonesia tahun ini optimis dapat mengantongi laba sebesar Rp 177,5 miliar. Target tersebut, tumbuh hingga 39,29% dibandingkan realisasi laba mereka tahun lalu, meski masih lebih rendah dari realisasi laba 2016 yang sebesar Rp 278,1 miliar.