PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pemilik jaringan waralaba restoran Pizza Hut Indonesia, membukukan pendapatan Rp 3,57 triliun sepanjang tahun lalu. Angka itu meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,02 triliun, ditopang segmen bisnis makanan.
"Dari total penjualan perusahaan tahun lalu, bisnis makanan berkontrubusi sebesar Rp 3,1 triliun terhadap penjualan, meningkat 19,2% dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp 2,6 triliun," tulis manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/4).
Sementara pada segmen bisnis minuman menyumbang Rp 469 miliar terhadap penjualan. Angka ini juga tumbuh 9,5% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 428 miliar.
(Baca: Ditopang Penjualan CD Lagu, KFC Indonesia Raup Pendapatan Rp 6 Triliun)
Sejalan dengan penjualan, perusahaan juga mengalami peningkatan beban pokok penjualan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 1,18 triliun. Namun perusahaan berhasil mencatat laba periode berjalan sebesar Rp 173 miliar, meningkat 22,6% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 141 miliar.
Peningkatan laba itu disebabkan seiring dengan efisiensi, yang salah satunya tercermin dari menurunnya beban operasi serta diperolehnya pendapatan bunga.
Hingga 2018, Sarimelati mengoperasikan lebih dari 450 gerai yang terdiri dari 250 gerai Pizza Hut Restaurant (PHR), 200 gerai Pizza Hut Delivery (PHD) dan empat gerai Pizza Hut Express (PHE).
Sementara, perusahaan waralaba restoran makanan cepat saji lainnya, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pada 2018 membukukan pertumbuhan laba bersih 27,7% menjadi Rp 212 miliar dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut salah satunya dipicu oleh peningkatan penjualan perseroan.
Menurut laporan keuangan perusahaan, sepanjang tahun lalu pemilik jaringan waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia membukukan penjualan sebesar Rp 6 triliun.
Jumlah tersebut tumbuh 13,2% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,3 triliun. Dari penjualan itu, sekitar 98,3% atau sekitar Rp 5,94 triliun disumbang oleh penjualan makanan minuman. Sedangkan sebagian sisanya disumbang oleh penjualan konsinyasi CD sekitar Rp 59,8 miliar dan layanan jasa antar Rp 12,4 miliar.
(Baca: Tambah 10 Gerai, Eatlah Jangkau Konsumen di Yogya, Bali, dan Medan)
Sejalan dengan penjualan, perusahaan juga mengalami peningkatan beban pokok penjualan dari Rp 1,95 triliun menjadi Rp 2,2 triliun. Namun perusahaan berhasil mencatat laba periode berjalan sebesar Rp 212 miliar akibat penurunan sejumlah komponen beban seperti beban operasi, beban keuangan serta diperolehnya bagian laba atas entitas asosiasi.
Direktur Fast Food Indonesia Justinus D.Juwono sebelumnya mengatakan, sepanjang tahun lalu dia memprediksi pendapatan perusahaan bisa mencapai Rp 6 triliun.
Beberapa startegi yang diandalakna perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya yaitu dengan berinovasi pada layanan menu KFC, peningkatan jumlah persediaan ayam guna mengantisipasi kenaikan harga ayam sewaktu-waktu, memperluas jaringan gerai dan pengembangan teknologi.