Bangun Enam Pabrik, Pupuk Indonesia Butuh Dana Rp 10 Triliun

Arief Kamaludin (Katadata)
Penulis: Miftah Ardhian
8/12/2017, 15.16 WIB

PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan akan melakukan ekspansi dengan membangun enam pabrik pupuk baru yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Dalam dua tahun ke depan, induk usaha (holding) perusahaan pupuk pelat merah ini harus menyiapkan dana yang besar, hingga Rp 10 triliun untuk membangun pabrik-pabrik tersebut.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin ldat mengatakan dari rencana ekspansi tersebut, ada beberapa pabrik yang akan dibangun dalam waktu dekat. Pada pekan depan, dirinya akan menandatangani kerja sama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. untuk pembangunan pabrik baru di sekitar lokasi pabrik PT Pupuk Sriwijaya, Sumatera Selatan. Kapasitas pabrik yang akan dibangun, sebesar 200 ribu ton per tahun.

(Baca: Pupuk Indonesia Energi Akuisisi 51% Anak Usaha Rekind)

Selain itu, Pupuk Indonesia berencana membangun pabrik pupuk baru di wilayah Pupuk Iskandar Muda, Aceh, dengan kapasitas satu juta ton. Kemudian dua pabrik baru lagi di Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi masing-masing 500 ribu ton per tahun. Di wilayah Pupuk Kujang (Jawa Barat) akan dibangun satu pabrik baru berkapasitas 200 ribu ton dan di wilayah Pupuk Sriwijaya dengan kapasitas 200 ribu ton.

"Kalau satu pabrik yang (kapasitas) 200 ribu ton butuh Rp 500 miliar, maka (kebutuhan dana) Rp 7,5-10 triliun untuk tahun 2017-2019," ujarnya saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (8/12). 

Aas menjelaskan kebutuhan dana tersebut akan ditutupi dari dana perseroan dan utang. Pupuk Indonesia menyiapkan 30 persen kebutuhan dana tersebut dari ekuitas perusahaan. Sisanya, akan diperoleh dari alternatif pendanaan yang paling efisien. Opsi yang bisa diambil adalah pinjaman perbankan atau penerbitan obligasi.

(Baca: PLN dan Pupuk Indonesia Siap Serap Gas dari Blok Masela)

Khusus untuk penerbitan obligasi, Pupuk Indonesia masih memiliki sisa Rp 3 triliun dari pagu Rp 10 triliun yang belum ditarik sebelumnya. Sehingga, kemungkinan sisa dana tersebut akan ditarik pada tahun depan. Namun, dana tersebut utamanya akan digunakan untuk me-refinancing (melunasi) utang yang sudah jatuh tempo. "Pokoknya kami akan mencari dana yang efisien dan mudah," ujar Aas.

Aas melanjutkan dalam upaya ekspansi ini, Pupuk Indonesia akan lebih banyak memproduksi pupuk jenis NPK. Pupuk Indonesia akan menambah produksi pupuk NPK ini hingga 3 juta ton dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Saat ini, produksi pupuk tersebut baru sebesar 3 juta ton pertahun. 

(Baca: Gas Blok Masela Dipatok US$ 5, Pabrik Pupuk Akan Mangkrak)

Pupuk ini merupakan buatan yang berbentuk cair dan padat ini mengandung unsur hara utama yakni nitrogen, fosfor, dan kalium. dia mengklaim pupuk ini lebih bermanfaat bagi petani, dibandingkan pupuk urea karena kandungannya yang lebih lengkap.

"Ibaratnya kalau kita pakai Urea, kita hanya makan dengan nasi saja. Kalau dengan NPK, kita makan sudah ada tempenya, ada tahunya," ujarnya.