PT Garuda Indonesia Tbk berharap proses pencairan dana talangan dari pemerintah, bisa lebih cepat. Rencananya maskapai penerbangan milik pemerintah itu mendapatkan Rp 8,5 triliun berbentuk pinjaman dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Dalam kondisi Garuda Indonesia saat ini, pada dasarnya yang paling penting adalah ketersediaan cash. Saya harap, prosesnya bisa cepat karena situasi hari demi hari sangat kritis," kata Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/6).
Ia menambahkan, untuk mendapatkan dana talangan tersebut, Garuda Indonesia perlu sepakat dengan pemberi pinjaman, yaitu Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Kesepakatan yang dimaksud antara lain, jangka waktu pembayaran dan bunga yang ditetapkan.
Selain itu, Kementerian BUMN yang juga terlibat dalam proses ini, sepakat bahwa dana talangan tidak boleh digunakan untuk membayar utang.
"Sinyal utama yang sudah disampaikan, (dana talangan) ini tidak boleh diperuntukan membayar utang sukuk Garuda Indonesia," kata Irfan menambahkan.
(Baca: Ibadah Haji Dibatalkan, Pendapatan Garuda Hilang 10% Tahun Ini)
Seperti diketahui, Garuda Indonesia memiliki utang jatuh tempo pada 3 Juni lalu, berupa sukuk global senilai US$ 500 juta. Namun, saat ini Garuda tengah menegosiasi utang tersebut untuk direstrukturisasi hingga tiga tahun ke depan.
Untuk itu, akan ada Rapat Umum Pemegang Sukuk (RUPS) pada 10 Juni 2020 untuk mendapatkan persetujuan tersebut. Hingga saat ini, Irfan mengatakan 90% pemegang sukuk setuju untuk diperpanjang utangnya.
Meski belum ditandatangani, namun sudah ada kesepakatan antara pihak Garuda Indonesia dengan Kemenkeu dan Kementerian BUMN terkait penggunaan dana talangan. Salah satunya, digunakan untuk modal kerja di tengah terhimpitnya bisnis maskapai di tengah pandemi corona.
"Yang sudah disepakati, tapi belum ditandatangani itu adalah untuk modal kerja. Lalu, untuk rencana efisiensi yang dilakukan Garuda Indonesia," kata Irfan.
Pihak-pihak yang terkait juga sepakat bahwa dana talangan yang rencananya dicairkan secara bertahap tersebut, harus bisa membuat Garuda Indonesia lebih kompetitif usai pandemi corona. Selain itu, Garuda Indonesia juga harus memiliki struktur biaya yang lebih sehat dan manajemen yang lebih berkomitmen.
(Baca: Garuda Indonesia Pesimistis Sektor Penerbangan Mampu Pulih Cepat)