Belanja Pakaian dan Mobil Berubah selama Pandemi, Anggaran Anjlok 90%

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Pengunjung melintas di depan salah satu toko saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Paris Van Java mall, Bandung, Jawa Barat, Senin (15/6/2020). Survei McKinsey menunjukan pola belanja masyarakat berubah selama pandemi corona.
11/7/2020, 17.27 WIB

Sedangkan responden Indonesia yang merupakan pembeli pakaian jadi dengan pengeluaran hingga US$ 200 per bulan, memiliki 40% niat untuk berbelanja lebih banyak di masa depan dibandingkan yang mereka lakukan selama pandemi. 

"Kami melihat temuan yang sama untuk perawatan kulit, di mana orang yang menghabiskan lebih dari US$ 350 per tahun berencana meningkatkan belanja di masa depan," ujar McKinsey.

(Baca: Mal di Jakarta Hanya Terisi 30% Pengunjung Saat PSBB Transisi)

Selanjutnya, mayoritas responden memilih merek ternama dengan harga yang bagus sebagai pertimbangan saat berbelanja. Bahkan 60%-80% di antara mereka yang berencana mengurangi belanja tetap memilih merek terpercaya. Walaupun mereka secara aktif mencari diskon atau promosi, atau berahli ke produk yang lebih murah di antara merek tersebut.

Loyalitas pelanggan terhadap sebuah merek sepertinya berlaku untuk kategori barang konsumen tahan lama. Seperti 78 persen penduduk Indonesia berencana mengurangi belanja untuk telepon seluler dibandingkan dengan 45 persen pengurangan belanja untuk pakaian.

Meski begitu, ketidakpastian krisis global yang berkelanjutan menunjukkan adanya perasaan bersalah masyarakat terhadap pengeluaran belanja selama pandemi. Bahkan hal itu terjadi terhadap mereka yang dianggap mampu.

Sepertiga orang di Tiongkok menyatakan rasa bersalah membeli ponsel. Hal serupa terjadi pada seperlima konsumen di India yang berpikir tidak tepat menghabiskan dana dalam konteks sosial saat ini.

Mereka pun berencana mengurangi sangat banyak belanja untuk keperluan rumah tangga. Sentimen itu perlu dipantau dalam beberapa bulan ke depan.

Survei McKinsey juga menunjukkan hasil yang menarik terkait cara konsumen berbelanja.  Perusahaan itu memproyeksi marketplace dengan produk yang beragam bakal mendapatkan keuntungan besar dalam beberapa bulan ke depan, dengan peningkatan jumlah pengguna.

Selain itu, mayoritas responden di India dan Indonesia tetap memilih platfrom yang mereka gunakan selama pandemi corona dibandingkan platform online lain.

Meksi begitu, sejumlah responden menunjukan kenginan untuk kembali berbelanja di toko fisik, terutama untuk responden di Indonesia yang ingin berbelanja pakaian dan ponsel. Sedangkan responden di India ingin berbelanja ke toko fisik untuk produk peralatan rumah tangga yang berukuran kecil.

"Kkami lihat ada keinginan  untuk mengunjungi toko merek eksklusif di India dibandingkan toko yang menjual berbagai produk," ujar McKinsey dalam laporannya.

Halaman: