Perang Topat dan 4 Tradisi Unik Lebaran di Indonesia

menpan.go.id
Ilustrasi, Perang topat di Lombok, salah satu tradisi unik lebaran di Indonesia.
Penulis: Husen Mulachela
Editor: Agung
5/4/2022, 15.53 WIB

Sebagai negara dengan keberagaman budaya, Indonesia menyimpan banyak tradisi unik dari tiap daerahnya. Di antara tradisi tersebut, ada yang dilakukan berbarengan dengan 1 Syawal atau hari raya Idul Fitri.

Idul Fitri atau yang juga dikenal dengan istilah lebaran di Indonesia merupakan hari raya yang ditunggu-tunggu oleh hampir setiap umat Islam. Hari kemenangan ini dirayakan setelah berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan.

Momen hari raya Idul Fitri dibuka dengan menunaikan ibadan salat Id dan memanjatkan doa-doa. Setelah itu, setiap muslim akan saling bersilaturahmi ke rumah tetangga, sanak saudara, dan teman masing-masing.

Selain silaturahmi, ada banyak hal umum lainnya yang ditemukan di Indonesia ketika lebaran, mulai dari kue nastar, ketupat, baju baru, takbiran, THR kepada anak kecil, mudik, sampai berziarah atau nyekar.

Bukan cuma itu, negara yang dikenal sebagai salah satu negara penganut agama Islam terbesar ini memiliki beragam tradisi khas lebaran di tiap daerahnya.

Tradisi Unik Lebaran di Indonesia

Mengutip ditsmp.kemdikbud.go.id dan laman terkait lainnya, berikut tradisi unik lebaran di beberapa wilayah di Indonesia.

1. Perang Topat

Meskipun dinamai perang, tradisi ini dilakukan dalam suasana damai dan penuh suka cita. Tradisi khas Lombok, Nusa Tenggara Barat ini menjadikan ketupat sebagai alat kerukunan antar umuat Hindu dan Islam di Lombok.

Tradisi dengan ciri khas saling melempar ketupat ini biasanya dilakukan setelah berdoa, berziarah dan bersilaturahmi ke rumah sanak saudara.

Dalam perang ini ketupat yang digunakan sedikit berbeda dengan ketupat pada umumnya. Makanan berbahan beras dan berlapis daun kelapa ini umumnya berukuran dua kepalan tangan orang dewasa dengan berat mencapai 150 gram. Tetapi sebagai senjata perang, ketupat hanya dibuat seukuran kepalan anak-anak dengan berat sekitar 30 gram saja.

2. Grebeg Syawal

Berasal dari Yogyakarta, tradisi Grebeg Syawal ini dilakukan untuk menyambut dan memeriahkan datanganya hari raya Idul Fitri. Selain itu, Grebeg Syawal merupakan wujud syukur dan sedekah dalam bentuk pertanian. Ritual khas Keraton Yogyakarta ini dipercaya membawa berkah dan ketenteraman untuk setiap umat muslim.

Upacara ini diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (kakung) dan dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan. Keluarnya gunungan ini baru dimulai pukul 10.00 pagi atau setelah salat Id.

Gunungan tersebut terbuat dari sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya. Dalam tradisi ini, Gunung Lanang dikawal oleh prajurit keraton sebab hasil bumi ini nantinya akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

3. Tradisi Baraan

Baraan merupakan tradisi lebaran khas Bengkalis, Provinsi Riau. Tradisi ini pada dasarnya adalah kegiatan silaturahmi ke rumah-rumah tetangga secara beramai-ramai. Setiap keluarga yang mengikuti Baraan membawa seluruh atau sebagian anggota keluarganya.

Rumah yang menjadi sasaran silaturahmi adalah rumah masyarakat yang ikut serta pada Baraan tersebut. Ada bermacam tingkatan baraan, mulai dari Baraan RT sampai almuni sekolah. Tuan rumah yang dikunjungi nantinya akan menyajikan hidangan untuk para tamu, dan sebelum menyantap hidangan tersebut akan dilakukan pembacaan doa bersama terlebih dahulu.

Meneruskan catatan kebudayaan.kemdikbud.go.id, dalam perayaan Baraan, setiap rumah di dusun tersebut pasti akan mendapat giliran kunjungan. Apabila di suatu dusun terdapat 100 rumah, maka rombongan akan mengunjungi 100 rumah tersebut. Oleh karena itu, tradisi Baraan tidak dapat dituntaskan hanya dalam waktu satu hari.

4. Tari Topeng Muaro

Hiburan Tari Topeng Muaro digelar setiap momen Idul Fitri di Desa Muaro, Jambi. Topeng yang dikenakan terbuat dari labu manis tua berkulit keras yang dihias menggunakan cat berbagai warna. Selain itu, ijuk juga digunakan sebagai properti pelengkap yang diletakan di atas topeng agar menyerupai rambut.

Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Berdasarkan pengakuan tetua kampung setempat, dahulu tradisi ini digelar secara lebih sederhana dibanding sekarang. Namun, tidak menghilangkan kesakralan untuk saling bermaafan dan menghibur di hari raya.

5. Nyembah Belari

Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan memiliki tradisi unik yang dijalankan  secara turun temurun oleh anak-anak dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari usia enam sampai 12 tahun itu melakukan tradisi Nyembah Belari untuk memeriahkan Idul Fitri.

Tradisi ini pada dasarnya adalah kegiatan silaturahmi, bedanya dilakukan secara cepat. Anak-anak yang melakukan tradisi ini tidak sampai masuk ke rumah yang dikunjungi, melainkan hanya berdiri di teras rumah warga sambil menadahkan tangan menunggu pemberian pernak-pernik dari tuan rumah.