Anjloknya harga minyak mentah dunia telah menyebabkan sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) tertatih-tatih. PT Pertamina pun tak luput dari kondisi sulit yang didera sektor migas.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, imbas dari anjloknya harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) telah berdampak pada sektor hulu hingga di atas 40%. Oleh karena itu, Pertamina bakal melakukan sejumlah langkah efisiensi, dengan menunda beberapa kegiatan pengeboran baru tahun 2020.
Adapun, Pertamina bakal menunda pengeboran sumur baru atau eksplorasi, serta tetap melanjutkan kegiatan perawatan sumur kerja ulang di tahun ini. Namun, Nicke tidak merinci secara detail berapa jumlah sumur baru yang bakal ditunda.
"Sumur eksisting dioperasikan dengan efisiensi, eksplorasi sumur baru kami tunda. Ini satu langkah untuk menurunkan biaya investasi dan produksi sesuai target," kata Nicke dalam rapat bersama Komisi VI DPR lewat video conference, Kamis, (16/4).
Di samping itu, Pertamina juga bakal menurunkan kapasitas pengolahan kilang dengan menyesuaikan kondisi demand hingga 15%. Misalnya pada April 2020, Pertamina telah menghentikan kegiatan operasi pada Kilang Balikpapan.
(Baca: Akibat Pandemi Pertamina EP Tunda Pengeboran Satu Sumur Tahun Depan)
"Dilakukan penghentian, baik yang satu dan dua, jadi di awal Mei 2020 semua kilang Balikpapan berhenti operasi," kata Nicke.
Biarpun begitu, Pertamina tetap mempunyai tanggung jawab ketika pihaknya melakukan penghentian produksi. Manajemen Pertamina, ia katakan, akan tetap menyeimbangkan segala aspek ketika keputusan diambil, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Seperti diketahui, dalam Rencana Kerja dan Anggaran atau Work Program & Budget (WP&B) tahun 2020, Pertamina meningkatkan investasi sebesar 84% dibanding tahun lalu.
Investasi terbesar Pertamina adalah ke sektor hulu, dengan menargetkan pengeboran 411 sumur eksplorasi, naik 17% dibanding tahun lalu, yang sebanyak 351 sumur eksplorasi.
Adapun, perusahaan mengalokasikan dana investasi sebesar US$ 7,8 miliar atau naik 84% dibanding tahun lalu senilai US$ 4,2 miliar. Dengan ivestasi terbesar berada di sektor hulu mencapai US$ 3,7 miliar.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, 14 Kontraktor Migas Minta Revisi Rencana Kerja)