Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ingin memperbaiki defisit neraca migas. Salah satu caranya dengan memanfaatkan gas bumi di dalam negeri.
Menurut Arifin, gas alam bisa dimanfaatkan melalui jaringan gas rumah tangga (jargas). Dengan cara itu, impor LPG 3 Kg bisa ditekan. "Itu yang sekarang kami sedang pertajam," ujar Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (1/11).
Selain bisa menekan impor, pemanfaatan jargas juga bisa menghemat APBN dengan berkurangnya subidi LPG. Kementerian ESDM mencatat realisasi subsidi LPG hingga Mei 2019 sebesar Rp 19,2 triliun.
Realisasi subsidi masih jauh dari target APBN sebesar Rp 75,22 triliun pada 2019. ESDM pun memproyeksikan realisasi subsidi LPG 3 kg hingga akhir tahun ini akan mencapai Rp 44,94 triliun, atau hemat sebesar Rp 30,28 triliun. Data selengkapnya terkait subsidi LPG 3 Kg dalam grafik Databoks berikut ini :
(Baca: Subsidi Tahun Depan Susut Rp 12 Triliun, Harga Energi Berpotensi Naik)
Tak Ada Perubahan Kebijakan Harga Gas
Selain untuk jargas, Arifin terus mendorong pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Biarpun begitu, dia belum berencana mengubah kebijakan harga gas. Pasalnya, harga gas Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain.
"Kalau dibandingkan Malaysia, kita lebih murah, saya ketemu Petronas. Cuma perusahaan tidak boleh rugi jadi memang ini harus saling memahami dan mendukung, "ujar Arifin.
Selain itu, industri tertentu seperti pupuk juga sudah diberikan harga khusus. Sehingga harga gasnya lebih murah ketimbang harga LNG Indonesia yang diekspor ke luar negeri.
"Kalau gas itu komersial, tapi price level lebih murah. Kecuali sama Amerika, mereka punya shale gas. Dulu LNG kita ekspor US$ 12-14 per mmbtu, " katanya.
Sejak 2014, harga gas memang mengalami penurunan. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Sepanjang 2015-2016, harga gas domestik jatuh lebih dari 30 persen per tahun.
Harga gas untuk ekspor dalam bentuk LNG turun paling dalam. Sedangkan harga gas domestik melalui jaringan pipa turun paling rendah. Harga rata-rata tertimbang gas Indonesia untuk ekspor dalam bentuk LNG pada 2016 anjlok hampir 48 persen menjadi US$ 4,52 per MMBTU. Kemudian harga gas domestik dalam bentuk LNG juga jatuh 47,5 persen menjadi US$ 3,25 per MMBTU. Berikut data harga gas hingga 2017 dalam grafik di bawah ini :
(Baca: Kenaikan Harga Gas Batal, Ini Tanggapan PGN)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2019 kembali defisit. Penyebabnya, impor migas yang tetap tinggi serta surplus perdagangan nonmigas yang terbatas.
Neraca perdagangan migas mengalami defisit US$ 761,8 juta. Di mana nilai ekspor migas nasional hanya mencapai US$ 830,1 juta, sedangkan impor migas sebesar US$ 1,59 miliar.
Surplus neraca perdagangan migas hanya mencapai US$ 601 juta, hasil ekspor nonmigas sebesar US$ 13,27 miliar, sedangkan impor hanya US$ 12,67 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit US$ 160,5 juta.
Ini merupakan defisit yang keempat kalinya dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan periode Januari-September 2019 turun 49% menjadi US$ 1,95 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai US$ 3,82 miliar.
(Baca: Tekan Defisit Neraca Dagang, Airlangga Dorong Restrukturisasi TPPI)