Pertamina EP (PEP) memproyeksikan hingga akhir tahun 2019 realisasi investasi perusahaan belum mencapai target yang dicanangkan. Pasalnya, akan ada beberapa pengeboran dari target 100 sumur tahun ini yang dipindahkan ke tahun 2020.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengungkapkan proyeksi realisasi investasi hingga akhir tahun ini baru mencapai US$ 661 juta dari target US$ 669 juta. "Beberapa sumur ke carry over ke 2020 karena masalah tumpang tindih lahan," kata Nanang kepada Katadata.co.id Rabu (16/8).
Lebih lanjut Nanang menyebut masalah terkait tumpang tindih lahan dan menyebabkan investasi Pertamina EP tersendat yakni terjadi di wilayah Bojonegoro dan Sumatera Selatan. Meski begitu menurut Nanang perusahaan akan terus bekerja keras bisa agar mendekati target. "Tapi kami berusaha keras untuk bisa mendekatinya," ujar Nanang.
(Baca: Pertamina EP Genjot Pengeboran Sumur Demi Kejar Target Produksi Minyak)
Nanang mengungkapkan hingga September tahun ini realisasi investasi Pertamina EP baru mencapai US$ 406 juta. Maka dari itu dalam dua bulan terakhir sebelum berganti tahun ia memprediksi realisasi investasi tidak sepenuhnya dapat terealisasi 100%.
Adapun hingga 30 September 2019 realisasi lifting minyak perusahaan tercatat sebesar 80,984 barel per hari (BOPD). Sedangkan realisasi lifting gas sebesar 750 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Di sisi lain, Pertamina EP saat ini juga sedang mengerjakan proyek pengurasan sumur minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR) dengan menginjeksi air (waterflood) pada sumur di lapangan migas Belimbing dan Ramba (Belira). Proyek tersebut bertujuan untuk mendongkrak produksi minyak.
Pertamina EP memprioritaskan proyek EOR di sembilan lapangan migas yakni Lapangan Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau, Tambun dan Jatibarang. Di Lapangan Sukowati, EOR masih dalam tahap studi.
(Baca: Kejar Target Lifting Migas, Pertamina EP Genjot Pengeboran 100 Sumur)