Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ExxonMobil Cepu Ltd menjadi penyumbang produksi siap jual (lifting) minyak terbesar sepanjang Semester I 2019. Lalu, BP Berau Ltd menjadi penyumbang lifting gas terbesar.
ExxonMobil Cepu Ltd untuk wilayah kerja di Blok Cepu menyumbang lifting minyak sebesar 220 ribu barel per hari (BPOD). Capaian tersebut sama dengan perolehan pada 30 April 2019.
Kemudian disusul oleh PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) untuk wilayah kerja di Blok Rokan dengan lifting sebesar 194 ribu BPOD. Posisi ketiga ditempati oleh Pertamina EP untuk Wilayah Kerja di seluruh asset sebesar 80 ribu BPOD.
“Pertamina Hulu Mahakam menyumbang lifting minyak 37 ribu BPOD dan Pertamina Hulu Energi OSES 29 ribu BPOD,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher kepada Katadata.co.id, Jumat (5/7). Pada April lalu, kedua perusahaan ini masing-masing menyumbang 42 ribu bpd dan 28 ribu BPOD.
(Baca: SKK Migas Ungkap Cara Jaring Investor untuk Kembangkan 10 Area Migas)
Dari sisi lifting gas, BP Berau Ltd tercatat sebagai penyumbang terbesar dengan realisasi 971 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Pencapaian ini naik dibanding April lalu yang hanya 912 MMscfd. Meski begitu, realisasi ini belum mencapai target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 1050 MMscfd.
Penyumbang terbesar selanjutnya yaitu ConocoPhillips Grissik Ltd Wilayah Kerja di Blok Corridor dengan lifting gas 827 MMscfd dan Pertamina EP untuk Wilayah Kerja di seluruh aset sebesar 768 MMscfd.
Kemudian disusul oleh PHM dengan capaian 662 MMscfd. Lalu, Eni Muara Bakau menyumbang lifting gas 589 MMscfd. Pada April lalu, kedua perusahaan ini mencatatkan lifting gas 667 MMscfd dan 620 MMscfd.
(Baca: SKK Migas Targetkan Lifting Blok Rokan dan Mahakam Turun Tahun Depan)
SKK Migas menargetkan lifting minyak tahun depan hanya 734 ribu BOPD. Target lifting tahun depan lebih rendah dari proyeksi lifting akhir 2019 sebesar 754 ribu BOPD. Target lifting minyak tahun depan juga lebih kecil dibanding yang ditetapkan dalam APBN 2019 sebesar 775 ribu BOPD.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, penurunan lifting minyak tahun depan terjadi karena ada penurunan produksi (decline) di beberapa blok migas. "Sebagaimana memang posisi ladang-ladang migas kita yang dalam posisi decline," kata dia, beberapa waktu lalu (20/6).
(Baca: SKK Migas Minta KPK Awasi Biaya Pengembangan Blok Masela)