Pengembangan Pembangkit Listrik Berbasis Biodiesel Terkendala Kontrak

Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.
Editor: Pingit Aria
23/5/2019, 17.19 WIB

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) hingga saat ini belum merealisasikan penggunaan biodiesel 100% sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. Hal ini disebabkan PLN belum bisa membeli minyak sawit untuk uji coba Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan menjelaskan, perusahaan minyak sawit yang ingin menjual minyak sawit ke PLN meminta kontrak jangka panjang.

Namun, PLN tetap menargetkan pembelian CPO dapat terealisasi dalam  tiga bulan ke depan. "Kami ingin beli tidak diberi. Dia minta kontrak jangka panjang. Sedangkan kami saja baru mau uji coba," ujarnya, saat ditemui di Kantor Unit Induk Pusat Pengatur Beban (IUP2B) Gandul, Depok, Jawa Barat, Kamis (23/5).

Adapun tujuan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar pembangkit yaitu untuk mengurangi impor solar. Hingga September 2019 total kapasitas PLTD yang sudah beroperasi sebesar 2.000 Megawatt (MW). Selain itu dalam waktu dekat ini akan beroperasi PLTD Pesanggaran unit 1 yang terletak di Bali, dengan kapasitas 30 MW.

(Baca: Pertamina dan Swasta Diminta Tingkatkan Pasokan BBM Saat Mudik)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memberikan tenggat waktu selama satu tahun kedepan kepada PLN untuk bisa mengkonversi PLTD dari solar ke biodiesel berbasis CPO.

Penggunaan minyak sawit ini harapannya bisa mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga membantu nilai tukar rupiah. Selain itu, penggunaan pembangkit bahan minyak sawit memberikan kontribusi untuk lingkungan, yakni menciptakan energi bersih.

Jika upaya ini tidak dilakukan, Jonan khawatir 10 tahun ke depan konsumsi BBM nasional akan meningkat. Bahkan konsumsi itu bisa mencapai 1,8- 2 juta barel per hari (bph). Saat ini, konsumsi BBM sudah mencapai 1,3-1,4 juta bph.

Membengkaknya impor itu tentu akan berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. "Impor besar, kurs jadi terganggu. PLTD PLN itu harus diubah ke minyak sawit atau green diesel," kata Jonan beberapa waktu lalu.

(Baca: Tumbuh 11%, Produksi Minyak Sawit Maret 2019 Capai 4,31 Juta Ton )

Reporter: Fariha Sulmaihati