Batal di Situbondo, Pembangunan Kilang Minyak Tetap di Tuban

KATADATA
Kilang Minyak
13/12/2018, 19.35 WIB

Di sisi lain, Arcandra pernah mengatakan salah satu risiko membangun kilang minyak di Situbondo adalah, daerah tersebut menjadi tempat latihan militer. “Berbahaya dari sisi safety-nya. Ada sekian kali latihan per tahun, tidak hanya dari dalam negeri tapi negara yang diundang,” kata dia di Jakarta, Rabu (7/11).

Risiko lain pembangunan kilang minyak di Situbondo adalah lokasinya berdekatan dengan gunung api yang masih aktif, yakni Ijen. Untuk memastikan ini, Pertamina menggandeng Badan Geologi. Badan Geologi akan mengkaji apakah lokasi itu memang berdekatan dengan Gunung Ijen atau tidak.

(Baca: Dua Faktor Jadi Sandungan Pembangunan Kilang di Situbondo)

Adapun rencana pembangunan kilang di Tuban ini sudah direncanakan sejak tahun 2016. Proyek kilang ini berkapasitas sebesar 300 ribu barel per hari. Pembangunan kilang Tuban oleh Pertamina dan Rosneft ini diperkirakan akan menelan biaya sekitar US$ 15 Miliar. Proyek ini ditargetkan beroperasi 2024 mendatang. Namun belakangan Nicke mengubah jadwal target operasi proyek kilang Pertamina menjadi 2026.

Pada proyek ini, Pertamina dan Rosneft membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) pada November 2016. Pembentukan perusahaan patungan itu ditandai dengan penandatangan akta antara PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan Rosneft Oil Company melalui afiliasinya Petrol Complex PTE LTD.

Halaman: