Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik PT Pertamina (Persero) dan badan usaha lainnya segera turun. Ini merupakan hasil kesepakatan pertemuan badan usaha dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan badan usaha yang dipanggil adalah Pertamina, PT Shell Indonesia, PT Vivo Energy Indonesia, PT AKR, Corporindo, Garuda Mas, dan PT Total Oil Indonesia. "Mereka komitmen untuk turunkan harga mulai pekan depan dan paling telat bulan Januari," kata dia di Jakarta, Rabu (28/11).
Batas waktu itu diberikan karena ada evaluasi setiap dua pekan sekali. Penurunan harga ini seiring dengan rendahnya harga minyak mentah.
Adapun, Djoko belum bisa menyebutkan besaran penurunannya. "Saya tinggal menunggu surat penetapan. Setelah itu baru saya umumkan penurunannya," ujar Djoko.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membenarkan pihaknya sepakat menurunkan harga BBM nonsubsidi. Namun penurunan harganya tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Ini karena Pertamina perlu menghitung berapa besar penurunannya.
Ia mengaku Pertamina meperkirakan akan menurunkan harga BBM nonsubsidinya pada medio Januari tahun depan. "Kan tidak bisa serta merta, kira-kira segitu lah (Januari 2019)," kata dia.
(Baca: Hitung Ulang Harga BBM di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia)
Berdasarkan perhitungan Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fraksi Hanura Inas Nasrullah Zubir mengatakan harga keekonomian Pertamax yang belum memasukkan margin pengusahan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah Rp 7.579 per liter. Adapun harga yang dijual di masyarakat Rp 10.400 per liter.