Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar tidak lagi mengekspor hasil tambang yang masih mentah. Ini merupakan salah satu kunci untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Jokowi ingin hilirisasi tambang digenjot demi perbaikan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. “Utamanya hasil tambang, tidak bisa lagi kami kirim mentah-mentah. Nikel dan timah kalau tidak bisa jadi barang, harus setengah jadi dulu. Batu bara juga jangan dijual mentah,” kata dia di acara CEO Forum, Jakarta, Selasa (27/11).
Menurut Jokowi saat ini teknologi untuk mengolah itu sudah tersedia, baik yang kelas rendah atau pun menengah. Salah satunya dari batu bara menjadi gas atau minyak. Nikel juga bisa menjadi stainless steel. Dengan begitu ada nilai tambah.
Ia pun menyayangkan perusahaan tambang yang tidak melakukan hilirisasi. Karena hal ini dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dapat mengurangi impor minyak dan gas (migas). Sehingga dapat mengurangi defisit perdagangan maupun transaksi berjalan.
“Kenapa masih mengekspor dalam bentuk bahan mentah. Ini harus dihentikan dan mulai beralih,” ujar Jokowi.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2018 kembali mencatat defisit US$1,82 miliar. Ini merupakan defisit neraca perdagangan terbesar kedua sepanjang 2018, setelah per Juli lalu neraca dagang Indonesia mencatat defisit US$ 2 miliar.
(Baca: Menteri ESDM Bantah Defisit Neraca Dagang Bengkak karena Impor Migas)
Sementara itu, defisit transaksi berjalan pada triwulan ketiga sebesar US$ 8,8 miliar, setara 3,37 persen terhadap PDB. Nilai tersebut naik 10,89 persen dibanding triwulan sebelumnya dan melonjak 92,58 persen dari triwulan yang sama 2017.