Penyaluran Gas Bumi Didominasi Keperluan Domestik

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Arnold Sirait
17/10/2018, 08.40 WIB

Penyaluran gas bumi selama kuartal III tahun 2018 didominasi untuk keperluan dalam negeri. Ini seiring dengan keinginan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan domestik.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan hingga September 2018, penyaluran gas sudah mencapai 6.412 MMscfd. Lima kontraktor penyumbang terbesar adalah BP Tangguh, PT Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina EP, ConocoPhillips Grissik dan Eni Muara Bakau.

Dari 6.412 MMscfd itu, 59% disalurkan ke dalam negeri. “Kami upayakan penyerapan oleh domestik bisa lebih optimal, dalam rangka memenuhi kebutuhan energi primer nasional,” ujar Wisnu kepada Katadata.co.id, Rabu (17/10).

Sementara itu, menurut buku neraca gas bumi periode 2018 hingga 2027, Indonesia akan mengalami defisit gas. Ini menggunakan perhitungan penyerapan gas dari sektor listrik sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027, penambahan industri retail 5,5%, penyerapan dari ilang, dan pabrik petrokomia.

Defisit gas dengan skenario itu bisa mencapai 206 mmscfd. Asumsi kebutuhan pada saat itu diproyeksikan sebesar 7.594 mmscfd. Namun kebutuhan gas ini turun menjadi 7.520 mmscfd pada 2026, dan naik lagi menjadi 8.234 mmscfd pada 2027.

(Baca: Buku Neraca Terbit, Indonesia Akan Alami Defisit Gas Tahun 2025)

Dengan skenario yang berbeda, Indonesia juga mengalami defisit gas. Faktornya hampir sama dengan skenario pertama. Namun, yang membedakan, ada potensi penambahan permintaan dari sektor nonretail.

Pada skenario ini, terjadi defisit gas sebesar 1.072 mmscfd pada 2025. Kebutuhan gas saat itu diperkirakan 8.803 mmcfd. Lalu pada 2026 kebutuhan gas pada skenario ketiga turun menjadi 8.759 mmscfd, lalu naik menjadi 9.504 pada 2027.