Impor Minyak Mentah Berpotensi Turun Lebih Dari 50%

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Penulis: Michael Reily
29/8/2018, 18.01 WIB

Impor minyak mentah berpotensi mengalami penurunan ke depannya. Penurunan ini akan terjadi jika kebijakan melarang kontraktor melakukan ekspor dan wajib menjual minyaknya ke PT Pertamina (Persero) bisa berjalan dengan baik.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan jika seluruh minyak kontraktor dijual ke Pertamina maka ada potensi penambahan pasokan sebesar 325 ribu barel per hari (bph). Namun, menurut Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto, Pertamina akan memperoleh tambahan 225 ribu bph.

Terlepas dari perbedaan data itu, tambahan pasokan minyak tersebut tentu akan berdampak pada impor. Apalagi, perusahaan milik negara itu selama ini mengimpor minyak mentah 400 ribu bph. “Masih ada impor tapi mengecil,” kata Nicke di Jakarta, Rabu (29/8).  

Selain berkurangnya impor, kebijakan melarang ekspor itu membantu keuangan Pertamina. Ini karena biaya transportasi untuk mengimpor minyak lebih mahal daripada membeli dari dalam negeri

Sementara itu asumsi harga minyak mentah impor dan dalam negeri sama, sesuai dengan mekanisme pasar. “Kalaupun dengan asumsi harga sama dengan di luar, ongkos transportasi pasti lebih murah dan at the end pasti lebih murah,” kata Nicke.   

Akan tetapi, menurut Nicke, Pertamina akan tetap menghormati kontrak jangka panjang mengenai impor. Nantinya, yang berkurang adalah impor yang memiliki kontrak jangka pendek (spot).

(Baca: ConocoPhilips Sebut Tak Semua Minyaknya Cocok untuk Kilang Pertamina)

Saat ini Pertamina masih mendetailkan rencana pembelian minyak itu dengan masing-masing Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). “Walaupun regulasinya nanti dari pemerintah, tapi tetap kamijalankan secara mekanisme bisnis yang wajar (business to business/b to b). Jadi kami siap ambil semua yang domestic crude,” ujar Nicke.