PT Pertamina (Persero) mengklaim memiliki jaringan pipa gas terpanjang di Asia Tenggara. Penyebabnya adalah pembentukan induk usaha (holding) badan usaha. Apalagi proses holding juga akan mengintegrasikan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PT Pertamina Gas (Pertagas).

Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra mengatakan dengan holding jaringan pipa bisa mencapai 9.600 kilometer (km). “Pipa terpanjang di Asia Tenggara,” kata dia di Jakarta (28/8).

Pembentukan holding ini juga diharapkan dapat menciptakan potensi pertumbuhan bisnis gas tujuh hingga sembilan persen selama lima tahun ke depan. Adapun, volume transmisi gabungan sebesar 2627 Juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) di seluruh jaringan PGN dan Pertagas.

Menurut Tiko, perusahaan akan melakukan beberapa langkah strategis untuk memanfaatkan holding.  Pertama, meningkatkan pasokan gas domestik. Lalu, meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan distribusi gas. Kemudian, mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur yang ada selanjutnya membangun di area baru serta meningkatkan kapasitas untuk berinvestasi.

"Saat ini, kami masih pada tahap awal integrasi, tetapi kami sudah melihat ada peluang yang sangat besar untuk penciptaan nilai ke depan,"kata Tiko.

Pertamina menyadari tantangan utama bisnis gas saat ini adalah permintaan gas di dalam negeri terus meningkat. Pertamina terus mengupayakan mata rantai gas yang efisien. Karena kondisi pasokan yang terkonsentrasi di wilayah timur sementara kebutuhan lebih terpusat di wilayah barat.

Terkait proses akuisisi Pertagas, PGN telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan Pertamina pada 29 Juni lalu. Dalam perjanjian ini, PGN akan menjadi pemegang saham pengendali dengan membeli 51% saham Pertagas dari Pertamina. Sisanya 49% tetap dipegang oleh induk usaha PGN, yakni Pertamina.

Nilai akuisisi 51% saham Pertagas ini mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 16,6 triliun. Saat ini proses akuisisi masih berjalan. Dalam ketentuan CSPA, penyelesaian seluruh persyaratan jual beli antara saham Pertagas antara Pertamina dan PGN ditargetkan harus selesai pada 27 September 2018.

(Baca: Alasan PGN Tak Akuisisi 100% Saham Pertagas)

Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan pembayaran dalam transaksi jual beli saham Pertagas dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pada akhir bulan depan sebesar 50% dari nilai transaksi atau US$ 600 juta. “Sisanya 50% lagi akan kami selesaikan pada semester 1 tahun depan,” ujarnya.