PT Pertamina (Persero) menyatakan siap bertarung dengan PT Chevron Pacific Indonesia memperebutkan Blok Rokan. Ini karena perusahaan pelat merah itu sudah melengkapi proposal yang diajukan sebelumnya agar bisa mengelola blok yang akan berakhir 2021.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pihaknya sudah menerima dokumen revisi proposal Pertamina di Blok Rokan hari ini, Rabu (25/7). "Officially sudah ya," kata dia di Kementerian ESDM, Rabu (25/7).
Namun Arcandra belum mau merinci isi proposal Pertamina itu, termasuk total investasi yang akan digelontorkan perusahaan tersebut. Alasannya proposal itu masih harus dievaluasi.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan perusahaannya sangat siap mengelola Blok Rokan. Meskipun saat ini diterpa isu kebangkrutan, menurut Adiatma hingga kini tidak ada masalah keuangan untuk mendanai Rokan.
Bahkan Pertamina siap bersaing dengan Chevron yang sudah menyiapkan dana US$ 88 miliar jika kontrak diperpanjang. "Masalah dana itu kecil, karena produksinya besar," ujar Adiatma.
Untuk menggenjot produksi, Pertamina juga menggunakan teknologi tingkat lanjut (Enhanced Oil Recovery/ EOR). Namun sayang Adiatma belum mau merinci berapa besar peningkatan produksi Blok Rokan yang bisa dikerjakan oleh Pertamina jika menjadi operator blok Rokan.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman juga mengamini kesiapan pendanaan Blok Rokan. Namun dana investasi belum bisa dipublikasikan. "Sangat siap," kata kepada Katadata.co.id, Rabu (25/7).
Dalam pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, petinggi Chevron mengungkapkan rencana mengelola Blok Rokan jika kontrak Blok Rokan diperpanjang. Petinggi Chevron yang hadir antara lain Managing Director Chevron IndoAsia Business Asia Chuck Taylor, Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak dan Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar.
Menurut Luhut, petinggi Chevron menyatakan kalau dana sebesar US$ 88 miliar akan digunakan dalam penerapan teknologi tingkat lanjut (Enhanced Oil Recovery/EOR) dengan skala penuh. "Jadi dengan teknologi dia itu bisa meningkatkan kapasitas cadangan dari minyak di sana ke 1,2 miliar barel," kata Luhut di Jakarta, Selasa (24/7).
Investasi US$ 88 miliar terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yakni 10 tahun sejak kontrak baru berlaku. Tahap pertama ini akan mengucurkan dana US$ 33 miliar dan harapannya bisa menghasilkan minyak 500 juta barel.
(Baca: Chevron Kucurkan US$ 88 Miliar jika Kontrak Blok Rokan Diperpanjang)
Kemudian tahap kedua akan diterapkan dalam 10 tahun berikutnya. Dalam fase ini, perusahaan asal Amerika Serikat itu akan menggelontorkan US$ 55 miliar dengan memproduksi hingga 700 juta barel.