Hingga Juni, 19 Blok Migas Dikembalikan ke Negara

Dok. ExxonMobil
13/7/2018, 19.28 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat belasan blok  dikembalikan ke negara selama semester I tahun 2018. Penyebabnya adalah blok itu sudah tidak ekonomis.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan blok yang dikembalikan itu mencapai 19. "Kalau dari kami datanya adalah sudah diusulkan terminasi dan ada yang periode operasinya selesai," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (12/7).

Blok itu adalah Belayan, Obi, Budong-Budong, East Simenggaris, West Tanjung, Ranau, Kalyani, East Sokang, Halmahera II, Menduwai, Semai II, Malunda, South East Seram. Kemudian ada blok Gas, Metana, Batu Bara (GMB) Suban II, GMB Barito Banjar I, GMB Air Komering, GMB Kutai Barat, GMB West Sanga-Sanga I, dan GMB Kuala Kapuas II.

Dengan pengembalian itu, blok migas yang beroperasi di Indonesia juga menyusut. Dari data SKK Migas, selama enam bulan terakhir jumlah blok migas mencapai 238 blok. Perinciannya 92 blok eksploitasi, 103 blok eksplorasi, dan 43 blok nonkonvensional.

Sejak 2013, jumlah blok migas terus mengalami penurunan. Tercatat pada 2013 jumlah blok migas sebanyak 321 blok. Lalu 2014 turun menjadi 318 blok. Pada 2015 turun lagi menjadi 312 blok, lalu pada 2016 menjadi 280 blok migas. Sementara tahun lalu berkurang jadi  255 blok.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi juga tak menampik penurunan blok migas itu. Bahkan itu terjadi sejak menjabat Kepala SKK Migas pada 2014 lalu. "Bagi saya ini signifikan perubahannya, jadi banyak berkurang," kata dia, Jumat (6/7).

Menurut Amien, penurunan jumlah blok migas yang beroperasi di Indonesia itu sebagian besar berstatus eksplorasi. Jadi tak mempengaruhi ke produksi migas.

Di sisi lain, tercatat akhir tahun lalu blok eksploitasi hanya mencapai 85 blok. Kini, selama enam bulan terakhir jumlah blok eksploitasi  sudah mencapai 92 blok. 

(Baca: Empat dari Tujuh Blok Migas Laku Dilelang)

Dari catatan SKK Migas, investasi sektor hulu migas sejak awal Januari hingga Juni 2018 mencapai US$ 3,9 miliar atau setara Rp 55,7 triliun. Padahal targetnya US$ 14,2 miliar. Namun,  SKK Migas memprediksi target itu tidak akan tercapai hingga akhir tahun, yakni  hanya 78% dari target. 

Reporter: Anggita Rezki Amelia